Waspadai Peningkatan Aktivitas Anak Krakatau, Folks!

| 27 Dec 2018 13:07
Waspadai Peningkatan Aktivitas Anak Krakatau, <i>Folks!</i>
Gunung Anak Krakatau (Twitter/@Sutopo_PN)
Jakarta, era.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk terus memonitor perkembangan informasi terkait peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang kini berada di Level III alias Siaga.

Untuk memudahkan akses informasi, masyarakat dapat terus memonitor lewat aplikasi mobile phone Info BMKG serta aplikasi Magma Indonesia. Buat BMKG, sangat penting untuk terus memperbarui informasi sebagai langkah waspada, meski di sisi lain BMKG juga berharap masyarakat tetap tenang.

"Mohon masyarakat tetap tenang dan waspada, serta terus memonitor perkembangan informasi kami melalui Aplikasi Mobile Phone Info BMKG serta Aplikasi Magma Indonesia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Hal tersebut sehubungan dengan informasi dari Badan Geologi bahwa adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level Waspada ke Siaga maka peringatan kewaspadaan potensi tsunami di wilayah Pantai Selat Sunda dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer masih tetap berlaku.

"Perkembangan lanjut status kewaspadaan ini masih terus kami pantau dan akan kami informasikan dala. waktu 24 jam ke depan," kata dia.

Terkait peningkatan status Gunung Anak Krakatau PVMBG Badan Gelologi Kementerian ESDM memperluas zona berbahaya dari dua kilometer menjadi lima kilometer. Masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius lima kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau.

Naiknya status Siaga (Level III) ini berlaku terhitung mulai pagi tadi pukul 06.00 WIB. Berdasarkan data PVMBG, Gunung Anak Krakatau aktif kembali dan memasuki fase erupsi mulai Juli 2018.

Erupsi selanjutnya berupa letusan-letusan Strombolian yaitu letusan yang disertai lontaran lava pijar dan aliran lava pijar yang dominan mengarah ke tenggara. Erupsi yang berlangsung fluktuatif.

Pada (22/12) terjadi erupsi namun tercatat skala kecil, jika dibandingkan dengan erupsi periode September-Oktober 2018. Hasil analisis citra satelit memantau aktiivtas lereng barat-barat daya yang longsor (flank collapse) ke laut. Longsoran inilah yang diyakini sebagai penyebab tsunami.

Sejak hari itu, diamati adanya letusan tipe Surtseyan yaitu aliran lava atau magma yang keluar kontak langsung dengan air laut. Hal ini berarti debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar. Kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air laut. Sejak itulah letusan berlangsung tanpa jeda. Gelegar suara letusan terdengar beberapa kali per menit.

Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung yaitu berupa letusan Strombolian disertai lontaran lava pijar dan awan panas. Pada Rabu (26/12) terpantau letusan berupa awan panas dan Surtseyan.

Awan panas ini yang mengakibatkan adanya hujan abu. Dominan angin mengarah ke barat daya sehingga abu vulkanik menyebar ke barat daya ke laut. Adanya beberapa lapisan angin pada ketinggiaan tertentu mengarah ke timur menyebabkan hujan abu vulkanik tipis jatuh di Kota Cilegon dan sebagian Serang pda 26/12/2018 sekitar pukul 17.15 WIB.

Pengamatan Gunung Anak Krakatau selama Kamis (27/12)/ pukul 00.00 - 06.00 WIB, aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung, tremor menerus dengan amplitude 8-32 milimeter (dominan 25 milimeter), dan terdengar dentuman suara letusan.

Rekomendasi