100 Hari Berlalu, Kematian Jamal Khashoggi Masih Misteri

| 11 Jan 2019 10:22
100 Hari Berlalu, Kematian Jamal Khashoggi Masih Misteri
Ilustrasi (era.id)
Istanbul, Turki, era.id - Seratus hari telah berlalu sejak Jamal Khashoggi, salah seorang wartawan paling terkenal di Timur Tengah dan kolumnis buat The Washington Post, dibunuh setelah ia memasuki Konsulat Arab Saudi pada 2 Oktober 2018. Kasus pembunuhan Khashoggi ini mengundang perhatian masyarakat Turki dan internasional.

Keterangan mengenai kapan, di mana dan bagaimana wartawan Arab Saudi tersebut menghadapi kematian sudah dijelaskan, tapi keberadaan jenazahnya masih diselimuti kegelapan hingga hari ini.

Dilansir Antara, Jumat (11/1/2019), sejalan dengan penyelidikan yang dilakukan oleh Kantor Jaksa Agung Istanbul, surat penangkapan dikeluarkan atas Ahmed Al-Asiri, mantan wakil kepala dinas intelijen, dan Saud Al-Qahtani, penasihat Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman.

Sementara itu, Senat AS mengesahkan resolusi yang menetapkan Putra Mahkota Salman bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.

Arab Saudi, yang secara negatif menanggapi tuntutan Turki bagi pengekstradisian orang yang terlibat dalam pembunuhan itu, menjalankan tindakan hukum terhadap 11 orang yang dituduh memiliki peran dalam pembunuhan tersebut. Dari 11 orang itu, lima orang bisa saja menghadapi hukuman mati.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Anadolu sejak awal pembunuhan, Jamal Khashoggi pertama kali tiba di gedung konsulat pada 28 September pukul 11.50 waktu setempat untuk urusan prosedur pernikahan. Ia diberi jadwal 2 Oktober, lalu rencana pembunuhan dilancarkan.

Satu tim sebanyak tiga orang tiba di Istanbul pada 1 Oktober pukul 16.30 waktu setempat dengan naik pesawat komersial, lalu memesan kamar hotel dan pergi ke konsulat. Sementara itu, satu tim lagi melakukan kegiatan penelitian di Hutan Beograd dan di Kota Yalova.

Pada pukul 01.45 waktu setempat, kelompok kedua yang terdiri tiga orang mendarat di Istanbul menggunakan pesawat komersial dan memesan kamar hotel. Tim ketiga yang terdiri atas sembilan orang, termasuk beberapa jenderal, tiba di Istanbul dengan naik jet pribadi dan memesan kamar hotel yang lain.

Kelompok itu, yang berjumlah 15 orang, secara terpisah datang ke Konsulat Jenderal antara pukul 09.50 dan 11.00 waktu setempat. Mula-mula, perangkat keras sistem kamera konsulat dilucuti, sementara Jamal Khashoggi dipanggil pukul 11.50 waktu setempat dan janjinya dikonfirmasi kembali.

Setelah kembali dari London pada hari yang sama, Khashoggi memasuki Konsulat Arab Saudi pada pukul 13.08 waktu setempat dengan berjalan kaki, tapi kabar mengenai dia tak pernah terdengar lagi.

Setelah diberi tahu bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat oleh beberapa pegawai, tunangannya --Hatice Cengiz--menghubungi Yasin Aktay, penasihat di Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), yang memerintah di Turki, dan wartawan Turan Kislakci.

Kantor Jaksa Agung Istanbul melakukan penyelidikan mengenai dugaan bahwa Khashoggi ditahan di Konsulat Arab Saudi.

Tim dari Arab Saudi tadi --termasuk pejabat keamanan, dinas intelijen dan forensik-- meninggalkan Turki dengan naik dua pesawat terpisah pada malam hari.

Tiga pekan setelah Khashoggi hilang di Istanbul, dan satu pekan setelah para pejabat Arab Saudi mengakui ia dibunuh di konsulat mereka, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menanyakan di mana jenazah Khashoggi berada.

"Jelas bahwa dia (Khashoggi) dibunuh tapi di mana, anda harus memperlihatkan jenazahnya," kata Erdogan di Ankara.

"Kedelapan belas orang mengetahui siapa yang membunuh dia, sebab pelakunya ada di antara mereka," kata Erdogan, yang menambahkan Turki memiliki dokumen dan keterangan tambahan.

Kepala Perhimpunan Media Arab-Turki Turan Kislakci meminta jenazah Khashoggi, dan mengatakan keluarga serta teman Khashoggi ingin memakamkannya.

Erdogan dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membahas kasus Khashoggi melalui telepon. Kedua pemimpin menekankan pentingnya para pelaku dihukum.

Para jaksa penuntut umum Istanbul mempersiapkan penuntutan untuk 18 tersangka yang menghadapi dakwaan mempersiapkan dan melakukan pembunuhan dengan kejam melalui penyiksaan. Permintaan ekstradisi para tersangka --yang semuanya berkewarganegaraan Arab Saudi-- diserahkan ke Kementerian Luar Negeri Turki.

Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul mengatakan kepada wartawan bahwa pengekstradisian para tersangka direncanakan karena pembunuhan tersebut terjadi di Turki.

"Pemerintah Turki bertekad dan mampu mengungkap kasus ini," kata Gul.

Satu tim penyidik swasta menyisiri jalan tempat gedung Konsulat Arab Saudi berada.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berikrar akan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi, dan pada saat yang sama mempertahankan 'hubungan strategis' antara AS dan Arab Saudi.

Pada 7 Januari, The Washington Post menyatakan Saud Al-Qahtani, tersangka pemimpin kelompok penyerang, telah hilang sejak pembunuhan tersebut. Menurut laporan yang dilandasi atas pernyataan para pejabat Pemerintah Arab Saudi, mantan penasihat kerajaan itu terlihat di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, di dalam satu kantor pengadilan. Namun, seorang pejabat lain menyatakan ia menduga Al-Qahtani dikenakan tahanan rumah.

Rekomendasi