Pukulan telak ini, disebut Hasto, dilakukan Jokowi dalam persoalan perempuan, korupsi, HAM, dan terorisme.
“Tidak ada afirmatif terhadap pengurus teras Partai Gerindra. Klaim sebagai Partai dengan caleg terbanyak ternyata bohong, caleg korupsi terbanyak di partainya, mengatakan akar terorisme akibat ketidakadilan, keraguan penyampaian visi misi tentang HAM, ketumpulan ketegasan retorik pemberantasan korupsi adalah contoh pukulan upper-cut tersebut," kata Hasto melalui keterangan tertulisnya, Kamis (17/1/2019).
Sekjen PDI Perjuangan itu, menilai dalam beberapa isu, Prabowo bahkan masuk dalam jebakan kesalahan sendiri bahkan melakukan gol bunuh diri
Hasto juga menyebut, pernyataan pemimpin itu harusnya didasarkan pada prinsip, pada hukum tata negara yang baik, dan kesesuaian antara kata dan perbuatan.
Apalagi, saat ini rakyat sudah cerdas dan tak ingin melihat pemimpin yang hanya mampu beretorika dan hanya mempunyai ketegasan bicara.
"Menjadi pemimpin itu diukur dari tanggung jawab, konsistensi, dan dedikasi bagi rakyat, bangsa dan negara. Karena itulah tidak berlebihan bahwa melihat pemimpin itu juga bisa dilihat dari kepemimpinan di keluarganya," tutupnya.