Menurut dokter spesialis konsultan bedah digestif (bedah pencernaan) RSHS Bandung, Reno Rudiman, bedah bariatrik merupakan upaya penurunan berat badan penderita obesitas dengan mengangkat atau mengurangi sebagian lambung pasien secara permanen, dengan harapan dapat mengontrol asupan makannya. Reno menjelaskan, pelaksanaan tindakan operasi, diperlukan alat khusus bernama stepler.
"Alat ini akan mengecilkan lambung pasien dengan memotong dua per tiga lambungnya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat akselerasi penurunan berat badan yang diatas ambang normal atau obesitas," kata Reno, Bandung, Kamis (7/2/2019).
Reno menegaskan, tindakan ini bisa menurunkan berat badan penderita obesitas secara drastis sekaligus menjadi obat untuk penyakit yang mengiringi kondisinya tersebut. Karena jelas Reno, penderita obesitas kerap disertai penyakit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit lainnya.
Pada pelaksanaannya, selain mengangkat sebagian lambung penderita obesitas dan menjadikan lambungnya berukuran kecil, operasi ini juga untuk mengangkat sensor lapar pasien.
Sementara itu, persiapan operasi tersebut dilakukan dalam waktu kurang lebih sekitar dua minggu.
"Persiapan satu sampai dua minggu saja. Biasanya diet hanya seminggu. Setelah seminggu dua minggu baru tindakan," ujar Reno.
Reno menambahkan, rekam medis pasien harus tercatat dengan baik sebelum operasi. Hal itu berguna agar seluruh riwayat kesehatan pasien, tidak menjadi kendala saat tindakan operasi dilakukan.
Reno mencontohkan, jika terdapat penyakit paru-paru yang luput terdeteksi, maka akan mengganggu proses pembiusan yang dapat berakibat fatal. Sama halnya dengan kondisi jantung, harus prima sepenuhnya.
"Kalau fungsi paru pas-pasan ketika dibius nanti collapse. Kemudian fungsi jantung, kekuatan jantung ini harus bagus kalau pas-pasan nanti ketika dibius pasti drop," jelas Reno.