Kata Grace, ada tiga agenda politik yang dimiliki PSI untuk melawan isu-isu intoleransi, bila partainya lolos masuk parlemen pada 2019.
"Pertama, di tingkat nasional PSI akan mendorong deregulasi aturan mengenai pendirian rumah ibadah. PSI akan mendorong penghapusan Peraturan Bersama Menteri Mengenai Pendirian Rumah Ibadah” tutur Grace dalam keterangan tertulis, Selasa (12/2/2019).
Grace memandang, peraturan tersebut pada praktiknya dapat membatasi prinsip kebebasan beragama. PSI menganggap aturan ini malah sering disalahgunakan untuk membatasi bahkan mencabut hak konstitusional dalam hal kebebasan beribadah.
Karena itu, PSI percaya bahwa kampanye toleransi juga harus diwujudkan dalam bentuk gerakan parlementer. Salah satunya adalah untuk menghapus peraturan tersebut melalui lembaga perwakilan nantinya.
“Kedua, PSI akan mencegah lahirnya undang-undang atau peraturan daerah diskriminatif,” tegas Grace.
PSI adalah partai yang menghormati kesetaraan agar setiap warga negara bisa melangsungkan kehidupannya tanpa adanya diskriminasi, sebagaimana dijamin dalam konstitusi. Karena itu, Perda yang bersifat diskriminatif harus dicegah karena bertentangan dengan bentuk NKRI.
“Ketiga, kami akan mendorong aparat keamanan serta birokrasi agar lebih tegas dalam menghadapi kasus intoleransi,” sebutnya.
Lebih lanjut, Grace juga mengkritik para kaum nasionalis di Indonesia yang selama ini tidak pernah buka suara mengenai kasus intoleransi yang terus terjadi belakangan ini.
“Dalam menghadapi gelombang yang semakin besar itu, kaum Nasionalis-Moderat di partai politik, lebih memilih cara aman, agar lolos dari stigma anti-umat, demi kepentingan elektoral semata.” ucap dia.
Grace menganggap intoleransi adalah ancaman bagi persatuan masyarakat. Sehingga permasalahan ini harus diperjuangkan secara bersama-sama. Namun realitanya tidak ada partai politik mana pun yang berani angkat bicara.
“Tidak ada protes dari satu partai politik pun -- kecuali PSI -- ketika ada perayaan keagamaan diserang, ketika ada tempat ibadah ditutup paksa, ketika massa membakar rumah di mana Ibu Meliana sedang berada di dalamnya. Ke mana mereka ketika Ibu Meliana dimasukkan ke penjara? Tidak cukup suara menentang itu semua, karena kita mulai menganggapnya sebagai hal biasa. Inilah normalisasi intoleransi!” tegas Grace.
Belakangan ini memang banyak yang bertanya-tanya mengapa PSI selalu berbicara tentang isu-isu sensitif, namun menurut Grace di sinilah PSI sebagai satu-satunya partai yang berdiri dan berani membela kebenaran.
"Pada saat itu PSI didirikan atas kecemasan terkait meluasnya intoleransi di negeri ini. Karena itu, itulah alasan mengapa salah satu perjuangan pokok PSI adalah melawan intoleransi di tengah bungkamnya para kaum nasionalis-moderat bangsa," tutupnya.