Pesawat jenis 737 MAX, lepas landas pada 14 Desember dari Dubai menuju Oslo namun harus mendarat di Shiraz, Iran akibat adanya gangguan pada salah satu mesinnya. Sejak saat itu pesawat tetap berada di sana, lantaran terganjal oleh peraturan setempat sekaligus menunggu mesin baru didatangkan.
Perusahaan Boeing membutuhkan suku cadang untuk memperbaiki pesawat tersebut, namun karena adanya sanksi yang kembali diberlakukan oleh pemerintahan Trump, tentang penjualan pesawat sipil, termasuk servis dan suku cadang, dilarang masuk di Iran.
"Boeing Jenis 737 MAX milik Norwegian Air lepas landas dari Bandara Shiraz di Iran dan akan tiba di Bandara Stockholm Arlanda pada Sabtu dini hari. Setelah dua bulan di Iran, akhirnya pesawat tersebut bisa dibawa pulang," kata juru bicara Astrid Mannion-Gibson dalam surat elektronik yang dinukil dari Reuters.
Kedutaan Besar AS di Oslo tidak bersedia berkomentar. Pihak Boeing pun juga demikian.
Norwegia, sebelumnya pada Rabu, mengatakan sedang dalam proses pembelian mesin baru yang hendak diterbangkan ke Iran namun pada Jumat juru bicara tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Produk apapun yang mengandung lebih dari 10 persen dari barang atau teknologi asal AS harus memerlukan lisensi AS agar dapat dikirim ke Iran.
Norwegian Air pernah mengatakan, lisensi yang dibutuhkan untuk melakukan servis pesawat memakan waktu lebih banyak dari biasanya, karena sebagian perusahaan harus membiasakan diri dengan peraturan di Iran, tempat perusahaan tidak beroperasi.
Sebanyak 186 penumpang dan enam kru yang berada di pesawat pada 14 Desember dapat meninggalkan Shiraz keesokan harinya.