Salah satu kegiatan yang dilaporkannya adalah terkait Safari Kebangsaan yang akan dilakukan oleh PDI Perjuangan. Rencananya, safari tersebut akan dilakukan hingga Sabtu (9/3).
"Besok kami rencakan ke Aceh. Kami ditemani Habib Sholeh dan kemudian Bapak Ali Assegaf, Kiai Haji Zainal Arifin yang mendampingi. Karena itulah kami meminta doa restu beliau terlebih dahulu," kata Hasto kepada wartawan di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (5/2/2019).
Menurut Sekjen PDI Perjuangan itu, Ma'aruf Amin tak akan ikut dalam safari kebangsaan yang dilakukan oleh partainya. Sebab, semua unsur tim pemenangan terus bergerak sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing.
"Tidak (Ma'ruf Amin tidak ikut). Karena kami juga seluruh TKN bergerak. Pak Erick bergerak, saya bergerak, seluruh sekjen parpol KIK bergerak," ungkapnya.
Hasto menyebut, banyak masyarakat Aceh yang mengapresiasi kunjungan partai berlambang banteng itu ke Serambi Mekah. Bahkan, dia menyebut, ada beberapa masyarakat yang meminta agar dalam kunjungannya ke Aceh, Hasto dan rombongannya bisa mampir ke tanah milik Prabowo yang sempat disinggung Jokowi dalam debat kedua capres.
"Ada yang mengusulkan untuk datang ke-130 ribu hektare lahan Pak Prabowo tapi kami tidak datang ke sana. Kami cukup mendengarkan seluruh aspirasi masyarakat Aceh terhadap Jokowi-Ma'ruf Amin," ungkapnya.
Sementara terkait hasil survei, kata Hasto, ada beberapa hal yang akan disampaikannya. Termasuk soal pergerakan swing voters ataupun undecided voters yang kini disebut-sebut banyak mendukung paslon 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Terjadinya pergeseran dari swing voters dan juga undecided yang melihat apa yang disampaikan oleh Pak Jokowi bukan jargon, tetapi lengkap dengan agenda pemerinthan dan implementasinya bisa diukur," jelas Hasto.
Menurut dia, Jokowi tidak lagi hanya menjelaskan jargon-jargon seperti yang dilakukan oleh capres Prabowo Subianto. Soalnya, banyak kebijakan yang telah diselesaikan oleh pemerintahan Jokowi dan hal inilah yang kemudian diklaim Hasto menjadi alasan swing voters lantas menentukan pilihan.
"Kalau Pak Prabowo hanya bicara tolak impor pangan, Pak Jokowi menjabarkan untuk berdaulat di bidang pangan dengan membangun bendungan, infrastruktur pertanian, para insinyur pertanian ditantang untuk menghasilkan benih-benih unggul melalui kegiatan riset," tutupnya.