Proyek ini terus dikebut oleh pemerintah, dengan harapan Terowongan Air Nanjung dapat mengendalikan volume banjir yang kerap meluap dari Sungai Citarum di sekitar Bandung Selatan.
Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat meninjau proyek yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu di Jalan Terusan Nanjung, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Terowongannya sudah rencananya yang sangat lama, mungkin berapa tahun yang lalu, 15 tahun yang lalu. Ini sudah lama, dikoja dikaji, ini kita sekarang dalam proses kita kerjakan," kata Jokowi saat meninjau proyek tersebut pada Minggu (10/3).
Jokowi mengungkapkan penyebab proyek tak kunjung dibangun karena ketidakmampuan Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa Barat dalam pembiayaan. "Kalau enggak diambil alih pusat ya enggak mungkin ini akan bisa dilaksanakan," ujar dia.
Proyek yang kini dikerjakan Kementerian PUPR itu ditargetkan selesai pada akhir 2019, dengan biaya sebesar Rp352 miliar. Panjang terowongan tersebut mencapai 2x230 meter dan diharapkan dapat mengurangi durasi dan tinggi genangan banjir di Kecamatan Dayeuh Kolot dan sekitarnya.
"Ini yang satu sudah rampung, yang satu separuh lebih. Akhir tahun ini insyaallah rampung sehingga nanti musim hujan berikut sudah kelihatan fungsi dari terowongan ini," tutur Jokowi.
Terowongan Air Nanjung (dok Pemprov Jabar)
Terowongan Nanjung adalah salah satu di antara pekerjaan besar pembenahan Sungai Citarum di Jawa Barat. Sungai yang panjangnya 270 kilometer itu sudah lama kotor, penuh limbah dari pabrik, juga sampah. Padahal, air tersebut dibutuhkan untuk pertanian di hulu dan hilir.
Hal senada juga disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang ikut mendampingi Jokowi meninjau proyek Terowongan air Nanjung. Nantinya, proyek terowongan senilai Rp352 miliar ini akan menjadi salah satu solusi mengurangi genangan air di daerah Dayeuhkolot, Baleendah dan Andir ketika musim hujan.
"Perencanaan sebesar ini kan sudah dijelaskan, fungsinya untuk masyarakat banyak," ucapnya.
Nantinya, terowongan ini mampu meningkatkan kapasitas sungai Citarum (di Nanjung) yang semula 570 meter kubik per detik menjadi 643 meter kubik per detik. Terowongan ini juga mempercepat aliran sungai Citarum, sehingga menyebabkan lama genangan dan luas genangan di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Andir dan sekitarnya menjadi berkurang.
Selain itu, jika digabungkan dengan normalisasi upstream Citarum, embung Gedebage, kolam retensi Cieunteung dan floodway Cisangkuy, peningkatan kapasitas sungai Citarum akan mengurangi luas genangan seluas 700 hektar, dari semula 3.461 hektar menjadi 2.761 hektar. Dengan demikian, ada sekitar 14.000 kepala keluarga di Kabupaten Bandung yang dapat terbebas dari banjir.
Proyek terowongan ini juga menjadi salah satu pembenahan besar-besaran Sungai Citarum dari hulu ke hilir dalam Program Citarum Harum. Di hulu, lahan-lahan gundul dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum direhabilitasi, empat anak Sungai Citarum (Sungai Cikijing, Cikeruh, Cimande, dan Citarum Hulu), Sungai Citepus, Sungai Cinambo, Sungai Cilember, dan Sungai Cibeureum dinormalisasi.