Menurut hitungan Bappenas, pada 2020 biaya kemacetan Jakarta akan mencapai 67 triliun per tahun. Untuk itu, dengan peluncuran Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta diharapkan akan mengubah kondisi ibu kota menjadi lebih efisien.
Kajian dasar untuk proyek MRT sebetulnya sudah dilakukan sejak 1990-an. Namun, jika dibandingkan dengan negara tetangga, Jakarta termasuk telat dalam pengembangan transportasi berbasis rel ini.
Dalam perjalanannya, Indonesia khususnya Jakarta memang sudah lama mengandalkan kereta api sebagai moda transportasi massal. Namun dalam praktiknya transportasi jenis ini masih memakan perlintasan sebidang dan menyebabkan bertambahnya kemacetan yang berdampak di jalur lain.
Berbeda dengan MRT yang menitikberatkan jalur di bawah tanah (subway), dan di atas (layang) yang tidak akan mengganggu lalu lintas di jalan. Moda transportasi ini juga memberikan alternatif transportasi lain yang lebih fleksibel. Sebab, jaringan MRT ini terintegrasi dengan TransJakarta. Tujuannya tentu tak lain agar masyarakat semakin tertarik menggunakan transportasi massal.
Suasana uji coba MRT Jakarta. (Twitter @mrtjakarta)
Masalah kemacetan di ibu kota memang tidak bisa dianggap enteng. Data yang dihimpun oleh Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II) memprediksi, Jakarta akan mengalami kemacetan total pada tahun 2020.
Kondisi itu terjadi karena pertumbuhan jalan kurang dari satu persen per tahun, sementara laju kendaraan yang ada mencapai seribu kendaraan setiap harinya. Bahkan dari kemacetan itu bisa mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar Rp65 triliun, yang terdiri dari nilai waktu yang terbuang, pemborosan bahan bakar, dan biaya kesehatan.
Indonesia, khususnya Jakarta memang memiliki catatan kemacetan yang memprihatinkan. Menurut riset Inrix 2017 Traffic Sorecard seperti dikutip Kompas menyebut, Jakarta berada di peringkat 12 dalam daftar kota-kota termacet di dunia. Para penyintas korban kemacetan Jakarta, menurut riset itu dalam setahun, lamanya waktu yang dirasakan dalam setahun rata-rata mencapai 63 jam dengan porsi 20 persen.
Baca Juga : Merasakan Sensasi Naik MRT Jakarta
Kepala Departemen Business and Development MRT Seno Pranata mengatakan, MRT merupakan salah satu solusi yang layak untuk mengurangi kepadatan lalu lintas. "Saya yakin pembangunan MRT ini mampu mengalihkan kebiasaan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke moda transportasi publik," kata Seno.
MRT Jakarta. (Twitter @mrtjakarta)
Seno memaparkan fungsi utama MRT ada tiga, yakni meningkatkan pembangunan infrastruktur dan konstruksi; pengembangan bisnis, meningkatkan operasi dan keseimbangan.
Supaya kamu tahu, MRT Jakarta dibangun dalam dua fase. Fase I menghubungkan rute Lebak Bulus sampai Bundaran HI. Kemudian fase II menghubungkan Bundaran HI sampai dengan Kampung Bandan sebagai sambungan dari Fase I.
Transportasi anyar ini diprediksi siap mengangkut 173 ribu penumpang setiap harinya, dengan rentang waktu kedatangan kereta setiap 10 menit di luar jam sibuk. Selain itu, terdapat berbagai fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan dan keamanan penumpang, seperti penyejuk ruangan, CCTV, hand straps, kursi prioritas, serta kursi roda. (Atikah Abdullah)
Infografis (Twitter @mrtjakarta)