Sekjen PDI Perjuangan ini menilai, hasil survei yang stabil ini terjadi karena panjangnya waktu kampanye yang membuat paslon bekerja maksimum.
Sementara, lembaga survei mencatat, jumlah massa mengambang dan pemilih yang belum bersikap terus berubah, menjadi lebih kecil. Artinya, selisih hasil survei antara paslon nomor urut 01 dan 02 juga makin kecil.
"Dinamika politik ditentukan gerak pemilih mengambang dan pemilih yang belum mengambil keputusan dengan jumlah yang kian mengecil, dan sulit mengejar selisih Jokowi-Kiai Haji Maruf Amin yang berada antara 13,5 persen hingga 26 persen di atas Prabowo-Sandi," kata Hasto melalui keterangan tertulisnya, Rabu (20/3/2019).
Salah satu survei yang dilihat Hasto adalah Litbang Kompas. Kata Hasto, perkiraan hasil yang menyebut Jokowi-Ma'ruf unggul dengan angka 56,8 persen dari Prabowo-Sandi yang memperoleh 43,2 persen, adalah gambaran telah maksimalnya pendukung dua paslon.
Tinggal koalisi pendukung, ormas, dan relawan yang harus makin memperkuat gerak terotorial guna mempertebal selisih kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Setelah itu, pasangan Jokowi-Ma'ruf, bisa melakukan konsolidasi persatuan dan kesatuan bangsa secara masif dan melalui pendekatan multidimensional.
"Apapun pemilu hanya alat untuk mencari pemimpin. Seluruh parpol pendukung Pak Jokowi akan kedepankan langkah rekonsiliasi akibat ketegangan politik selama pemilu," ungkap Hasto.
Supaya kalian tahu, Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru mereka terkait elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2019. Hasilnya, selisih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga kian tipis.
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin hingga Maret 2019 berada di angka 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen, dan 13,4 persen responden lainnya menyatakan rahasia.