Efek bersih dari gas alam untuk mengontrol iklim pada jangka panjang sebenarnya belum bisa dipastikan. Soalnya ada beberapa faktor yang sulit untuk diukur.
"Ini jungkat-jungkit," kata Michael W. Yackira yang pada waktu itu (2014) menjabat sebagai ketua asosiasi perdagangan investor pemilik perusahaan listrik Institut Edison Elektrik, seperti dikutip The New York Times.
Di Amerika Serikat, tren penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam sudah dimulai sejak 2013. Pembangunan itu diawali dari kapasitas listrik sebesar 857 juta megawatt hingga 1,2 miliar megawatt.
Tren itu mulai menggantikan pembangkit listrik tenaga nuklir. Padahal pembangkit listrik tenaga nuklir dianggap hampir memberikan jejak emisi karbon hampir nol. Di Amerika, per 2014, pemilik lima reaktor nuklir mengumumkan akan pensiun. Dan beberapa reaktor lainnya kehilangan uang dan hidup segan mati tak mau.
Memang faktanya pembakaran di pembangkit listrik yang menggunakan energi gas lebih sedikit mengeluarkan emisi karbon dioksida. Namun pembangkit listrik tersebut bukan tanpa limbah. Masih menurut The New York Times, pembangkit listrik berbahan gas masih menyimpan ancaman bahaya zat metana.
Zat --yang lolos dari proses pembakaran itu-- adalah gas yang menyebabkan pemanasan global juga. Bahkan jauh lebih kuat daripada karbon dioksida, meski tidak bertahan lama berada di atmosfer.
Begini prosesnya. Seperti dijelaskan artikel energyeducation.ca, ketika gas akan dialirkan dari tempat tambang menuju pembangkit listrik, dalam prosesnya pasti akan menyebabkan pelepasan gas metana tersebut. Memang apabila pembangkit listrik menggunakan bahan bakar gas dapat lebih meningkatkan kualitas udara, karena tidak banyak memproduksi banyak asap.
"Selama pabrik gas alam digunakan untuk menghasilkan listrik, emisinya akan terus menghangatkan planet ini dengan cara yang berbahaya," tulisnya.
Di Amerika, sejak 2007 sampai 2013 seiring meningkatnya penggunaan energi gas pada pembangkit listrik, menurut data Administrasi Informasi Energi, AS menambah metana yang setara dengan karbon dioksida sekitar 19 juta ton. Dan menurut ahli, jumlah tersebut akan terus bertambah.
Dampak negatif yang diakibatkan dari perubahan besar-besaran penggunaan bahan bakar batubara menjadi gas alam pada pembangkit listrik secara besar-besaran ini diamini The Union of Concerned Scientists (UCSUSA), yakni LSM dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) yang fokus terhadap isu masalah global.
Menurut temuan UCSUSA apabila terlalu bergantung pada gas alam "menimbulkan banyak risiko dan masalah kompleks, termasuk emisi pemanasan global dan volatitlitas harga yang terus menerus meningkat," tulisnya.