"Saya tantang 02 di pleno KPU, kalau enggak berani mereka pengecut," kata Juru Bicara BPN Arya Sinulingga, kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).
Pleno tingkat nasional yang bakal dilaksanakan pada 20 hingga 22 Mei itu, dianggap sebagai waktu yang tepat untuk membuktikan dugaan kecurangan di Pilpres 2019. Arya mempersilakan BPN untuk membeberkan data yang mereka miliki di pleno tersebut.
Ketua DPP Perindo ini mengatakan, TKN tak bakal keberatan melayani pencocokan data di KPU kalau memang diperlukan. Bahkan, TKN bakal menyiapkan semua data yang diperlukan. "Kalau kamu berani adu data, kamu bawa itu ke KPU," ujar dia.
Bedah data TKN dan BPN di KPU ini, kata Arya, sangat pas dilakukan untuk mencocokkan semua form C1 pemilu. Soalnya, ketika ada data yang meleset, kedua pihak bisa langsung mengklarifikasinya dengan data yang ada di KPU.
Pembuktian data ini pun, disebutnya menjadi solusi terbaik mengatasi dugaan kecurangan Pemilu 2019. "Kalau mereka bisa buktikan ke KPU data mereka benar, enggak perlu sampai ke Mahkamah Konstitusi (MK)," kata dia.
Supaya kalian tahu, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menolak hasil Pemilu 2019. Hal tersebut didasari karena banyak indikasi kecurangan dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.
"Saya akan menolak hasil penghitungan suara pemilu, hasil penghitungan yang curang," tegas Prabowo saat bicara dalam acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Bahkan, Badan Pemenangan Nasional (BPN) juga mengeluarkan data perolehan suara versi hitung C1 BPN, dari 444.976 TPS (54,91%) per 14 Mei pukul 12.28 WIB. Dari data itu, tercatat, suara pasangan 02 ini melampui perolehan Jokowi-Ma'ruf. Jokowi-Ma'ruf mendapat 44,14 persen sedangkan Prabowo-Sandi 54,24 persen.