Santainya Ketua KPU Menghadapi Olok-olok Warganet

| 13 Jun 2019 13:46
Santainya Ketua KPU Menghadapi Olok-olok Warganet
Ketua KPU Arief Budiman (Diah/era.id)
Jakarta, era.id - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman bercerita soal serangan di media sosial yang dia terima setiap hari. Tak tanggung-tanggung, ribuan olok-olok menerpa dirinya di dunia maya. Kata dia, serangan ini sama seperti yang dia rasakan pada Pemilu 2014, tapi kali ini lebih masif. 

"Tiap hari bukan hanya ratusan, tapi mungkin bisa ribuan yang keberatan, mencaci-maki, mengolok-olok. Secara kualitas tekanan, serangan nya sih sama dengan 2014, tapi kan media sosial sekarang lebih masif, jadi serangannya lebih banyak," kata Arief kepada wartawan, Kamis (13/5/2019).

Arief sih santai menghadapi serangan macam begitu. Lagian, kalau ditanggapi terus yang ada jadi beban sendiri bagi batin Arief. Ia cukup menjadikan bahan olokan tersebut sebagai sarana introspeksi diri. 

Untungnya, masih ada juga masyarakat yang membela Arief dengan mengucapkan terima kasih atas kinerjanya. Tapi, ia tak ingin jadi tinggi atas sanjungan tersebut. Sebab, dia takut malah jadi lupa diri. 

"Untuk yang menyanjung juga saya anggap biasa saja. Itu justru membuat saya harus lebih waspada dan tidak terbuai dengan sanjungan tersebut. Intinya, saya tidak menyikapi dua sisi itu secara berlebihan," kata dia. 

Kenapa Arief bisa tenang menghadapi tekanan di samping beban kerja yang sedang ia rasakan ini? Karena Arief merasa tak pernah berniat buruk menyelenggarakan pemilu sejak dalam pikiran. 

"Kalau benar ya katakan benar, kalau salah ya katakan salah, saya ingin membuat pemilu ini berkualitas. 2019 menjadi tonggak atau sejarah penting dalam pemilu di indonesia, maka dia akan menjadi cermin, menjadi model untuk pemilu-pemilu berikutnya," jelas dia. 

Lagi pula, namanya juga kontestasi politik, pasti ada yang menang dan kalah. Semua hal yang terjadi dalam sistem demokrasi memungkinkan semua orang kecewa, marah, kemudian mengajukan sengketa yang sudah disediakan. 

Persoalan administrasi calon, baik pilpres maupun pileg, silakan bawa ke Bawaslu. Kalau menduga KPU melanggar kode etik dan tidak independen, silakan bawa ke DKPP. Kalau tidak percaya dengan hasil pemilu, silakan bawa ke MK. 

"Karena ruangnya sudah disediakan oleh UU, maka saya ingin mengingatkan, jangan lagi menyelesaikan persoalan di jalanan. Menurut saya itu tidak menyelesaikan persoalan. Dia tidak akan mengubah apa pun, karena menyelesaikan persolan hakikatnya diselesaikan di ruang-ruang tadi, " tutup dia. 

Rekomendasi