Sebelumnya, pembongkaran instalasi tersebut menjadi perbincangan di sosial media. Warganet mempersoalkan mubazirnya anggaran yang dikeluarkan, apabila ujung-ujungnya instalasi itu rusak dalam kurun kurang dari satu tahun. Instalasi seni ini disebut menggunakan anggaran Rp550 juta.
Ada warganet yang mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan menyebutnya tak matang dalam membuat perencanaan. Anggaran itu, bagi sebagian warganet lebih baik dialokasikan untuk hal lain yang lebih berfaedah.
Polemik itu kemudian diklarifikasi si empunya Getah Getih Joko Avianto. Menurut dia, karya seninya itu memang bukanlah diperuntukan untuk monumen abadi, melainkan sifatnya hanya temporer.
"Tujuannya berbeda, bersifat festive, momentarily, tetapi mengandung sifat memorial, ya setidaknya di algoritma yang terekam di gadget anda," tulisnya pada akun Instagramnya @jokoawi.
Karya seni itu dibuat memang hanya untuk tempo setahun saja, untuk menyambut perhelatan Asian Games yang digelar tahun lalu.
View this post on Instagram
Sementara itu, soal mencuatnya kontroversi biaya dan keawetan karyanya ini, Joko menyampaikan bahwa seni punya fitrah universalitas, keterbukaan persepsi, pengalaman serta dialog. Dia meresahkan adanya polemik yang lebih membicarakan soal materi.
"Saya resah bahwa ukuran angka dan sifat materialistis terlalu menjadi hidangan utama agenda kepentingan," katanya.
Karya seni dari bambu Getah Getih yang dipasang di dekat Bundaran HI. (Diah/era.id)
Terlepas dari pro dan kontra yang ditimbulkan dari karya seni itu, Joko bukan orang baru yang terjun di bidang seni instalasi. Karya-karya seninya pernah dipajang di berbagai negara.
Karya pertama dari seniman kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu dipajang di pameran international Art Jog pada 2012. Saat itu unataian bambu karya Joko bertengger di halaman Taman Budaya Yogyakarta.
Kemudian di Penang Malaysia pada 2013. Di sana sebanyak 3.000 batang bambu mengisi ruang Balai Kota di George Town.
Kemudian pada 2014, karyanya yang masih bertemakan bambu sempat mejeng di Art Stage Singapore. Setahun berikutnya, karya bambu bernama 'Big Trees' itu terpajang di Frankfurter Kunstverein, Jerman.
Lalu pada 2017, Joko Avianto merakit bambunya di Yokohama Triennale. Di sana karya-karyanya disejajarkan dengan seniman punya nama lainnya.
Rekomendasi
Afair21 Aug 2019 20:03Habis Getah-Getih Terbitlah Gabion
Afair20 Jul 2019 02:05Bambu Getih Getah dan Sikap Perlawanan Anies Hindari Impor
Afair18 Jul 2019 15:29Instalasi Bambu Setengah Miliar Dibongkar, Itu Mubazir
Afair18 Jul 2019 09:25Hilang Sudah Instalasi Bambu Getah Getih di Bundaran HI
Popular
Demi Dalami Peran, Stefan William Dialog Pakai Bahasa Inggris hingga Nyaris Cat Rambut Jadi Ungu
05 Dec 2025 08:351Heboh Isu 250 Warga Aceh Tamiang Tewas Akibat Banjir, Bupati Armia: Jangan Percaya
04 Dec 2025 21:152 3Sindir Balik Cak Imin Soal Tobat Nasuha, Bahlil: Yang Bisa Perintah Saya Presiden!
04 Dec 2025 20:454 5