Kemarin malam, Warga Desa Panjer, Denpasar, itu banyak bercerita soal contoh toleransi di Bali. Salah satunya saat pelaksanaan Hari Raya Iduladha. Menurut dia, warga mayoritas Bali tentu paham arti dari toleransi, sehingga mereka tidak merasa terganggu dengan pelaksanaan hari raya tersebut.
"Di sini aman, saling jaga saja," ungkap pria 40 tahun ini kepada kami saat berbincang di wilayah Sanur, Bali, Sabtu (10/8) malam.
Ludra yang juga seorang pecalang atau polisi adat Bali itu mengatakan tak ada yang berbeda dengan kegiatan penyembelihan hewan kurban di Pulau Dewata. Bahkan, di beberapa daerah tetap ada yang menyembelih sapi meski hewan ini dianggap suci oleh umat beragama Hindu.
Pernyataan ini juga didukung banyaknya lapak penjualan hewan kurban. Hanya saja, beberapa lapak tersebut tidak menjual sapi sebab tulisannya hanya 'Jual Kambing Kurban'.
"Di sini ada potong sapi ada juga potong kambing. Tapi kebanyakan kambing. Sapi kan juga kebesaran, gampangnya kambing," cerita Ludra sambil tertawa ringan.
Menurut dia tak ada masalah sebenarnya jika menyembelih sapi. Soalnya, penyembelihan hewan kurban itu adalah kepercayaan umat muslim yang harus dilakukan setiap tahunnya.
Pria yang juga berprofesi sebagai supir taksi daring ini menyebut hewan kurban yang telah disembelih, bakal dibagikan untuk warga-warga yang kurang mampu di lingkungan sekitar masjid dengan prioritasnya warga muslim.
"Kalau yang Hindu enggak dapat daging dari masjid. Cuma, biasanya di lingkungan nanti masak terus dinikmati ramai-ramai. Saling berbagi," ujarnya.
"Misalnya tetangga saya muslim, saya Hindu, nanti dia antar makanan. Nanti saling membalas, saya antar juga kalau sedang hari raya. Besok saja saya sudah dijanjiin mau bakar sate sama tetangga saya," imbuh Ludra.
Tak hanya soal saling berbagi, Ludra kemudian bercerita para pecalang juga seringkali ikut berjaga saat hari besar keagamaan lain termasuk saat Iduladha. "Itu toleransinya kalau di sini."