"Saya kira enggak ada (kejutan), normatif semua," kata Karding kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2019).
Dia menilai posisi Cak Imin di partai ini masih kuat, meski ada sosok lain seperti Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Eko Putro Sanjaya yang bisa jadi pesaingnya.
"Emang ada yang bisa menandingi Cak Imin? Enggak adalah, Cak Imin kan masih sangat kuat. Ada Pak Hanif dan Pak Eko, yang menteri-menteri itu kan punya peluang. Maksudnya secara sumber daya oke," ungkapnya.
"Tapi Cak Imin tetap paling kuat," imbuhnya.
Sebelumnya, kuatnya posisi Cak Imin ini juga sempat disinggung oleh Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komaruddin. Dia menilai, wacana calon tunggal ini justru menimbulkan dua tanda tanya.
Apakah kapasitas Cak Imin yang memang begitu hebat sehingga tak punya tandingan di PKB atau memang tak ada kader lain yang berani melawan di Muktamar mendatang. "Tanda tanya kedua adalah, apakah kader lain yang ingin maju berkompetisi dibuat tidak nyaman dan mungkin digusur dari kepengurusan PKB," kata Ujang Komaruddin, pekan lalu.
Ujang Komaruddin bilang, calon tunggal dari ketua umum partai politik adalah bagian dari kondisi kepartaian di Indonesia yang masih mengandalkan figur sentral.
"Muhaimin mungkin masih menjadi dewa di partainya atau bersikap sangat dominan terhadap kader lain di partainya," ucap Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review menyayangkan PKB sebagai partai terbuka, tapi tidak membuka ruang bagi kader-kader terbaik lainnya untuk berkompetisi dengan Cak Imin untuk menghidupkan demokrasi di internal partai. "Adanya calon tunggal ini, menunjukkan regenerasi kepemimpinan di PKB tidak berjalan," tutupnya.