Waspada Ancaman Asteroid yang Akan Menabrak Bumi

| 09 Sep 2019 17:12
Waspada Ancaman Asteroid yang Akan Menabrak Bumi
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Prediksi soal asteroid 2006 QV89 yang akan menghantam bumi hari ini, 9 September, tak terbukti. Hal itu sudah dikonfirmasi dua lembaga antariksa Eropa, European Space Agency (ESA) dan European Southern Observatory (ESO). Kendati demikian, penduduk bumi masih harus tetap waspada, pasalnya ancaman asteroid menubruk bumi itu nyata adanya. 

Asteroid 2006 QV89 merupakan batu luar angkasa yang panjangnya 109 meter dengan lebar 48,5 meter. Ukuran tersebut masuk dalam tipe asteroid Apollo --asteroid yang melintasi bumi--. Benda seluas lapangan sepak bola itu pertama kali ditemukan pada 29 Agustus 2006 oleh lembaga Catalina Sky Survey di dekat Tucson, Arizona. 

Keributan asteoriod 2006 QV89 akan menabrak bumi, muncul karena batu antariksa itu tercatat dalam 'daftar objek berisiko' dari ESA, seperti halnya banyak objek lainnya. Tapi hal itu belum sepenuhnya benar, lantaran banyak asteroid yang masuk dalam daftar tersebut karena ketidakpastian orbit. Ketidakpastian ini biasanya terjadi ketika sebuah objek baru ditemukan oleh observatorium, dan hanya terlihat selama beberapa malam setelah ditemukan, setelah itu menjadi samar untuk diamati. 

Sementara itu, ketika asteroid diamati kembali dengan metode yang baru, kepastian menentukan posisi orbit batu antariksa itu jadi lebih baik. Sehingga hal itu memperbaiki perhitungan seberapa besar kemungkinannya asteroid akan menabrak bumi. 

Kemungkinan asteroid itu bakal menabrak bumi, menurut pengamatan astronom adalah satu dari 7.000 pada 9 September 2019. Terlepas dari kemungkinan tersebut, berdasarkan informasi yang disebarkan ESA dan ESO, EarthSky.org menyimpulkan bahwa "asteorid ini tidak berada di jalur tabrakan dengan bumi pada tahun 2019, dan kemungkinan dampak di masa depan juga sangat jauh," tulisnya. 

Tetap waspada

Perkara asteroid menabrak bumi tidak bisa dibilang ancaman biasa, karena bukan tidak mungkin asteroid yang jatuh itu menimbulkan kerusakan di Bumi. 

Secara umum asteroid terdiri dari dua jenis. Ada yang berupa planet-planet kecil yang mengorbit dekat Bumi dan suatu saat bisa berpapasan dengan Bumi. 

Sedangkan jenis satu lagi adalah batuan-batuan yang lebih kecil yang disebut dengan meteoroid atau bakal meteor. Meteroid ada yang berukuran kecil, jika memasuki atmosfer akan terbakar habis. Sementara ada juga yang berukuran besar dan jika melewati atmosfer masih bersisa dan menyentuh permukaan bumi yang disebut dengan meteorit. 

Beberapa meteorit yang pernah menghantam Bumi menurut NASA salah satunya yang pernah jatuh di pantai Australia, tepatnya di Teluk Great Australian Bight. Kejadian itu belum lama terjadi yakni pada Mei lalu. Menurut pemberitaan Express, meteorit tersebut menerangi langit malam di pantai selatan Australia pada Selasa, 21 Mei 2019. 

Sementara itu, Pusat Studi Objek Dekat-Bumi (CNEOS) NASA mencatat, meteorit itu memasuki atmosfer dengan kecepatan 11,5 km per detik atau 25.724 mph. Sedangkan kekuatan dari meteorit yang jatuh itu menyerupai kekuatan bom nuklir kecil yakni mencapai 1,6 kiloton atau 1.600 TNT. 

Menurut pemberitaan, jatuhnya benda luar angkasa tersebut berbeda dengan peristiwa jatuhnya meteorit di Rusia. Di Australia, kejatuhan meteorit disambut dengan meriah, karena menampilkan pemandangan yang indah ketika meteorit itu jatuh. Di Rusia, ketika sebuah meteorit sebesar 20 m meledak di atas Oblast Chelyabinsk Rusia pada 2013, lebih dari 1.000 orang terluka oleh jendela gedung yang pecah. 

Senada dengan itu menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin ancaman asteroid memang nyata adanya. Ia juga mengatakan asteroid atau meteorit yang mengancam ini memang sulit untuk dideteksi. 

Akan tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin asteroid yang jatuh ke bumi bisa terdeteksi. Thomas sendiri mengatakan kepada detik.com pernah ada asteroid berukuran diameter 6 meter yang terdeteksi bahwa pernah ada asteroid berukuran diameter 6 meter terdeteksi sistem pemantau langit dalam jarak 2 juta km, walaupun menurutnya itu kebetulan. 

"Itu pun kebetulan, sistem pemantau punya perangkat lunak untuk menghitung orbitnya. Waktu itu bisa terdeteksi dan diprakirakan dalam waktu belasan jam lagi akan jatuh di Afrika. Itu sekitar awal 2006. Itu tidak bisa diantisipasi karena hitungannya jam. Selain itu, belum pernah ada lagi asteroid yang terdeteksi sebelum jatuh," kata dia.

Rekomendasi