Tentang Ibu yang Jual Rumah Demi Obati Anak dengan Ganja

| 20 Sep 2019 12:08
Tentang Ibu yang Jual Rumah Demi Obati Anak dengan Ganja
Ilustrasi (Unsplash)
Jakarta, era.id - Distribusi ganja medis di Inggris menemui hambatan. Meski telah legal, obat-obat berbasis tanaman ganja belum disertakan ke dalam layanan kesehatan nasional (NHS). Akibatnya, kini hanya orang-orang berduit yang bisa menikmati manfaat ganja. Protes pun bermunculan.

Elaine Levy bersama puluhan orang lainnya melakukan long march ke Downing Street untuk mendesak Perdana Menteri Boris Johnson ambil tindakan. Levy berangkat dari tempat tinggalnya di Watford dengan membawa tagihan sebesar 231 ribu euro.

Tagihan tersebut merupakan biaya yang telah ia keluarkan untuk mengobati epilepsi parah yang diderita putrinya, Fallon. Bercerita kepada Metro, Levy mengatakan harus menjual rumahnya untuk memberikan pengobatan terbaik bagi Fallon.

"Saya sekarang hanya memiliki 35 ribu dolar di dalam saku. Dan sekarang saya akan menjual rumah saya," kata Levy, dikutip Jumat (20/9/2019).

Fallon yang kini berusia 25 tahun menderita epilepsi parah yang disebut Lennox-Gastaut Syndrome. Penyakit itu membuat Fallon amat rentan mengalami kejang. Namun, sejak mengonsumsi Bedrolite --obat ganja, kondisi kesehatan Fallon mengalami peningkatan drastis.

"Saya (dulu) tidak bisa meninggalkannya (Fallon) lebih dari dua jam ... Tapi, sekarang ia memiliki kualitas hidup yang paling menakjubkan," tutur Levy menggambarkan mengkhawatirkannya kondisi Fallon tanpa Bedrolite.

Levy menyatakan bakal terus bergerak hingga pemerintah menyertakan obat-obat ganja ke dalam NHS. Pesan Levy jelas. Sebagaimana yang ia ungkap. Ganja membawa kehidupan yang lebih baik bagi putrinya. Dan semua orang berhak mendapatkannya.

"Saya tidak akan membiarkan anak saya kembali seperti semula, mengalami ratusan kejang setiap harinya. Seluruh keluarga kami menderita ... Saya tidak bisa hidup di dunia ini tanpa anak saya ada di dalamnya. Dan itu benar-benar menyayat jiwa saya."

Bagi NHS, penyertaan obat ganja belum dapat dilakukan lantaran belum tercukupinya bukti klinis. Kondisi ini sejatinya telah dikhawatirkan sejak lama. Situasi ini diyakini akan menciptakan kegamangan: obat tersedia, namun hanya bagi mereka yang sanggup membayar.

Rekomendasi