Diskriminasi Perempuan di Sidang Akhir MPR

| 27 Sep 2019 17:52
Diskriminasi Perempuan di Sidang Akhir MPR
Sidang akhir MPR (Mery/era.id)

Jakarta, era.id - Rapat Sidang Akhir Masa Jabatan Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI 2014-2019 hari ini diwarnai dengan aksi walk out (WO) dari beberapa anggota fraksi Partai Gerindra. 

Politikus Partai Gerindra, Rahayu Saraswati atau akrab disapa Sara mengatakan, langkah WO ini adalah bentuk kekecewaan kepada Ketua MPR Zulkifli Hasan.

Kemarahan dan kekecewaan Sara ini dilatarbelakangi oleh sikap Zulkifli yang secara mendadak mencoret namanya sebagai pembaca doa dalam sidang akhir masa jabatan itu. Sebelum acara rapat paripurna dimulai.

Keponakan Prabowo Subianto ini mempertanyakan alasan yang melatarbelakangi Zulkifli menolak dia sebagai pembaca doa di sidang.

“Pertanyaan saya kepada Bapak Zulkifli Hasan yang saya hormati, apakah yang bermasalah karena saya perempuan? Atau karena saya non-Muslim?,” kata Sara seperti dikutip dari pernyataan pers yang diterima era.id, Jumat (27/9/2019).

Sara mengaku, dirinya dikabarkan untuk menjadi pembaca doa di sidang akhir itu sejak Kamis (26/9). Dia mengaku bangga hingga tak bisa tidur dan sengaja membuat naskah doa sendiri hingga pukul 02.00 WIB dini hari tadi.

Anggota Komisi VIII DPR ini menilai, doa di Sidang Akhir Masa Jabatan MPR ini bisa menjadi perwujudan Bhineka Tunggal Ika. Tak cuma karena dia perempuan, tapi juga karna ia beragama Katolik. Jika itu terjadi, Sara menjadi perempuan pertama sebagai pembaca doa, sebab selama ini doa selalu diwakili laki-laki dan beragama Islam.

Ditolak karena perempuan

Namun, secara mendadak saat dirinya tiba di Gedung MPR/DPR pagi hari, ia mendapat kabar bahwa Ketua MPR Zulkifli Hasan menolak Sara. Alasannya karena Sara adalah perempuan.

Saat itu, Sara pun berusaha untuk tetap berbaik sangka. Dia kemudian meminta agar pembaca doa diwakili laki-laki dari Fraksi Gerindra yang non-Islam, yang akan membacakan doa yang telah ia tulis.

Tapi, ketika sidang berlangsung, Zulkifli justru memimpin doa sendiri. Usai berpidato, kemudian secara terburu-buru mengatakan akan langsung memimpin doa.

“Namun dengan demikian pun, akhir kabar, doa dihapus dari rundown acara. Doa yang menjadi bagian resmi dari sidang MPR RI. Begitu kagetnya dan sakit hatinya saya atas perlakuan ini dan kenyataan di forum lembaga tertinggi negara ini,” tuturnya.

Sara menceritakan, ia langsung menangis karena kecewa dan marah dengan sikap yang dilakukan oleh pimpinan MPR tersebut. Setelah berdiskusi dengan anggota fraksi Gerindra lain, Sara memutuskan untuk keluar ruangan sebelum acara benar-benar selesai.

“Setelah saya jelaskan di medsos grup fraksi, para pimpinan mendukung sikap saya, dan dimulai dari Bapak Sufmi Dasco dan Bapak Heri Gunawan, lalu saya, kami jalan keluar sebagai sikap kami pada pemikiran pimpinan sidang,” tuturnya.

Sebelumnya, Ketua MPR Zulkifli Hasan mengaku akan memimpin pembacaan doa sendiri. Sebab, hari ini adalah hari Jumat di mana selaku muslim dirinya akan menunaikan salat Jumat.

“Ini saya langsung sambung saja dengan doa singkat ya. Robbana atina fiddunnya hasanah wafil akhiroti hasanah, wakina azabannar,” ucap Zulkifli.

“Ya Allah Ya Rabb berilah kekuatan keselamatan keberkahan kemakmuran bagi bangsa dna negara kami. Kuatkanlah persaudaraan kami, kuatkanlah persaudraan kebangsaan kamk, kuatkanlah persatuan kami Ya Allah,” lanjutnya.

Tags : mpr
Rekomendasi