Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw, Kasdam XIVII/Cendrawasih Brigjen TNI Irham W, Danlanud Silas Papare Marsma Tri Wibowo pun mengunjungi para pengungsi yang ditampung di wilayah Sentani, Jayapura itu.
Di sana, Irjen Paulus yang baru sehari mengemban tugas sebagai Kapolda Papua pun menyempatkan diri mendengar keluh kesah dan cerita dari para pengungsi. Dia memahami trauma yang mendorang warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun ia memastikan saat ini kondisi di Wamena sudah mulai kondusif dan meminta para pengungsi kembali ke Wamena.
Baca juga: Cerita Perantau Asal Jember yang Selamat dari Kerusuhan Wamena
"Ayo kembali ke Wamena, jangan berlarut dalam ketakutan dan trauma karena apartat keamanan siap mengamankan warga dari berbagai gangguan," ujar Paulus seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/10/2019).
Mantan Kapolda Papua Barat ini berjanji kepada para pengungsi yang kini ditampung di halaman Masjid Al Aqsa dan aula markas Yonif RK 751/VJS Sentani, Jayapura akan memberikan perlindungan kepada seluruh warga dari segala gangguan. "Jangan takut, ada kami dan (kami) akan melindungi warga dari segala gangguan," sambung Paulus.
Rasa truma dari para pengungsi korban kerusuhan Wamena itu juga didengarkan oleh Paulus. Rafika misalnya, perempuan asal Maluku itu mengaku cukup trauma dengan kericuhan yang terjadi pada Senin pekan lalu. Dia menyebut saat kerusuhan terjadi, dia sedang melaksanakan bakti sosial di Wamena yang menurut jadwal berlangsung selama tiga bulan.
"Kami dari OKP Ikatan Mahasiswa Pemuda Indonesia Timur sedang berada di Wamena melaksanakan bakti sosial, baru sebulan sudah ada peristiwa itu (ricuh)," ungkap Rafika.
Cerita lain datang dari Ilham, pemuda asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang berprofesi sebagai tukang ojek di Sinakma, Jayawijaya. Dia mengaku terpaksa mengungsi karena trauma terhadap peristiwa pekan lalu dan berharap bisa pulang kampung untuk menenangkan diri.
"Saya ikut ngungsi karena situasi di Wamena tidak nyaman, mungkin kalau sudah aman lagi akan kembali ke sana, tapi sekarang ini mau pulang ke kampung," kata ilham.
Kondisi para pengungsi sangat memprihatinkan. Mereka hanya membawa baju yang melekat di badan saat menghindari kerusuhan di Wamena. Mereka masih membutuhkan bantuan berupa makanan dan pakaian, juga popok bayi sera pembalut untuk perempuan.
Sekitar 5.500 warga pendatang di Wamena yang keluar dari rumah mereka untuk tinggal di pengungsian. Mereka tersebar di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, markas Polres Jayawijaya, markas Korem1702-03 Wamena, Betlehem, gedung DPRD Jayawijaya, hingga markas Yonif Wimane Sili.