Bahkan, Google Doodle hari ini ikut memperingatinya. Raksasa mesin pencarian itu dihiasi dengan batik nusantara yang didominasi dengan warna biru dan emas yang identik dengan ciri khas batik tulis.
Tak semudah menorehkan cairan malam di kain mori untuk menciptakan motif dan warna yang indah, Hari Batik Nasional punya cerita berliku. Dulu, batik dianggap sebagai pakaian desa yang dianggap kuno bahkan enggan dipakai oleh generasi muda. Namun seiring dengan berjalannya waktu, batik telah berkembang menjadi satu ikon fesyen khas Indonesia.
#Google Doodle of the Day: National Batik Day 2019 pic.twitter.com/MIIK12RpTy
— MASSIMOX (@massimox_it) October 1, 2019
Sekilas awal perjalanan batik Indonesia
Batik di Indonesia merupakan kain yang dilukis menggunakan canting dan cairan lilin malam sehingga membentuk lukisan-lukisan bernilai seni tinggi di atas kain mori. Batik berasal dari kata amba dan tik yang memiliki arti dalam bahasa jawa yakni menulis titik. Dulu, batik disebut ambatik.
Perbatikan di Indonesia sudah berkembang pada masa kerajaan Majapahit dan terus menyebar ke kerajaan lainnya. Dikutip dari laman resmi Pemerintah Jawa Barat, seni batik meluas menjadi milik seluruh rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa akhir abad ke-18.
Pada awalnya, batik dikerjakan secara terbatas karena hanya digunakan untuk anggota kerajaan, khususnya keraton. Namun karena banyak pekerja kerajaan yang tinggal di luar keraton, batik kemudian sering dibawa keluar kerajaan. Hal ini yang kemudian membuat masyarakat banyak meniru membuat batik.
Baca Juga: Hari Kopi Internasional: Bisnis Kopi dan Nasib Malang Petani
Batik mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dunia internasional sejak Presiden Soeharto mengenakan batik saat mengikuti Konferensi PBB. Pemerintah Indonesia kemudian mendaftarkan batik dalam daftar warisan dunia United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 4 September 2008.
Pengajuan ini membuahkan hasil, di mana saat era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), batik mendapat pengakuan secara resmi oleh UNESCO sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity dan dikukuhkan pada 2 Oktober 2009.
UNESCO menilai batik sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi yang mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia. Bukan hanya itu, batik juga dianggap melatarbelakangi Indonesia karena terikat erat dengan banyak simbol yang berkaitan dengan status sosial, kebudayaan, kearifan lokal, hingga sejarah.
Polemik kepemilikan batik
Sebelum diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, polemik kepemilikan batik sempat terjadi dengan Malaysia. Miripnya budaya antara kedua negata menjadi salah satu pemicu perseteruan terkait hak milik batik.
Dulu Malaysia pernah mengklaim bahwa batik merupakan milik mereka. Polemik ini muncul sekitar tahun 2008. Pemerintah Indonesia langsung buru-buru mendaftarkan batik ke dalam warisan budaya dunia UNESCO. Meski melewati proses yang cukup panjang, Indonesia berhasil mendapat pengakuan dari UNESCO.
Pengukuhan dari UNESCO serta pendeklarasian dari Presiden SBY saat itu telah menghapus pengklaiman yang digencarkan oleh negara tetangga, Malaysia. Perebutan warisan budaya antara Malaysia dan Indonesia itu memang sudah jamak terjadi, mulai dari Reog Ponorogo, alat musik angklung, kuda lumping, rendang hingga lagu daerah Rasa Sayange yang digunakan oleh Malaysia dalam iklan promosi pariwisatanya.
Batik dan orang Eropa
Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul History of Java (London, 1817) pertama kali menceritakan batik Indonesia kepada dunia. Dalam bukunya, ia memamerkan setidaknya 100 motif batik yang pernah ia jumpai. Sayangnya, koleksi batik Sir Thomas Stamford Raffles hanya tinggal tersisa 2 buah yang bisa dilihat di Museum of Mankind, London.
Dikutip dari Pemoeda, saudagar Belanda bernama Van Rijekevorsel pada 1873 menghibahkan batik yang diperolehnya di Indonesia kepada sebuah museum etnik di Rotterdam. Batik itu kemudian dipamerkan pada Exposition Universelle di Paris. Pameran inilah yang membuat batik terkenal dan berhasil memukau masyarakat luas serta seniman di sana. Ini merupakan salah satu bukti bahwa batik dianggap seni bernilai tinggi oleh orang luar.
Even Obama wears batik. Where's yours? pic.twitter.com/POJGSDNNae
— NBV_Malaysia (@NBV_Malaysia) April 9, 2016
Bukan hanya itu, bukti lain juga ditunjukkan oleh sejumlah tokoh dunia yang bangga mengenakan batik termasuk Barack Obama. Saat itu, Obama menghadiri acara East Asia Summit Indonesia yang diselenggarakan di Bali. Ia mengenakan baju batik asli desain Bali bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca Juga: Mengenang Tragedi Bom Bali II dan Intelijen yang Kecolongan
Selain orang nomor satu AS itu, Bill Gates juga pernah terlihat memakai baju batik pada saat kunjungan pertamanya ke Indonesia dalam acara Presidential Lecturer featuring Bill Gates 2008 di Jakarta. Bill Gates memakai batik motif pisang bali mangar yang berwarna keemasan.
3. Vladimir Putin. Pada acara puncak Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2013, Presiden Rusia ini juga mengenakan batik. #TGIW pic.twitter.com/H6GtCa1QG1
— 98.6 ELFARA FM (@ELFARAFM) October 2, 2016
Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela dan Vladimir Putin juga pernah mengenakan batik. Nelson Mandela terlihat kerap menggenakan batik saat berpergian ke negara lain. Sementara Putin terlihat mengenakan batik saat menghadiri puncak acara Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada tahun 2013, juga mengenakan batik yang berwarna hijau.
-
Fashion02 Oct 2020 18:38
Singkawang Juga Punya Batik Tulis
-
Nasional25 Aug 2020 17:36
Filolog: Tak Ada Jejak Kekhalifahan di Nusantara
-
Nasional04 Aug 2020 15:55
Film "Jejak Khilafah di Nusantara" Mencatut Nama Prof. Peter Carey
-
Afair28 Oct 2019 20:11
Menelusuri Jejak Kopi di Nusantara