Kiprahnya dalam ilmu pisah (science) sudah tak diragukan lagi. Pada 1913, Bohr menerapkan konsep mekanika kuantum untuk model atom yang telah dikembangkan oleh Ernest Rutherfor, yang menggambarkan bahwa atom tersusun dari inti atom (nukleus) yang dikelilingi oleh orbit elektron.
Atas keberhasilannya membangun model atom yang akhirnya dijuluki model Bohr itu, ia dianugerahi hadiah Nobel Fisika pada 1922. Kepintaran dirinya akhirnya turun ke anak laki-lakinya, Aage Niels Bohr, yang juga penerima hadiah nobel.
Berikut fakta-fakta mengenai Niels Bohr, dirangkum dari mentalfloss.com.
1. Memang keturunan ilmuwan
Bohr yang lahir di Kopenhagen memang sudah dibesarkan oleh lingkungan ilmuwan. Ayahnya, Christian Bohr, merupakan seorang profesor fisiologi di Universitas Kopenhagen yang pernah dinominasikan sebagai penerima Nobel.
Ayahnya sering menjamu kolega ilmuwan di rumahnya untuk berdiskusi. Dari situ ia mulai berkenalan dengan dunia akademik, dan darisitu kemungkinan dirinya mendapat inspirasi studi masa depannya. Meskipun tidak pernah menang Nobel, Christian dua kali masuk nominasi pemenang Nobel pada 1907 dan 1908 untuk semua penelitiannya pada bidang fisiologi pernafasan.
2. Bohr pernah meledakan Lab
Niels Bohr memulai kuliahnya pada 1903 di kampus tempat ayahnya bekerja, Universitas Kopenhagen. Awalnya Bohr belajar matematika dan filsafat. Pada masa itu Bohr sudah mulai memenangkan kompetisi fisika yang disponsori oleh Royal Danish Acaddemy of Science. Setelah itu segera ia mengganti jurusan kuliahnya menjadi fisika.
Bohr belajar beberapa cabang ilmu lain termasuk kimia anorganik. Namanya sempat terkenal pada waktu itu karena ia pernah membuat ledakkan di laboratorium tempatnya membuat percobaan. Dari situ ia memecahkan rekor sebagai pemecah gelas lab terbanyak. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya untuk mendapat gelar master pada 1909 dan gelar doktor pada 1911 dalam bidang fisika.
Ilustrasi (Pixabay)
3. Menentang teori "Plum Pudding"
Setelah lulus dari Universitas Cambridge di bawah J. J. Thomson, yang telah menemukan elektron pada tahun 1897. Thomson mengalihkan perhatiannya ke sinar katoda, yang kemudian diyakini sebagai bagian dari eter --sebuah teori, zat tanpa bobot yang ditemukan di mana-mana di alam semesta. Namun kemudian ia menentukan bahwa sinar itu sebenarnya adalah partikel yang bahkan lebih kecil dari atom dengan membuktikannya bahwa mereka dapat dibelokkan oleh listrik.
Hal ini mendorong Thomson untuk mengusulkan struktur "puding prem" atom, dalam teori itu ia menjelaskan bahwa elektron bermuatan negatif tertanam dalam bidang materi bermuatan positif, seperti kismis dalam puding Inggris. Teori itu kemudian ditentang oleh Bohr dengan model atomnya.
4. Bohr menggali teorinya pada 1913
Setelah berselisih dengan Thomson, Bohr bergabung dengan laboratorium Ernest Rutherford di Universitas Manchaster. Di sana Bohr belajar dibimbing juga oleh Thomson.
Sebelumnya, Rutherford adalah seorang ilmuwan yang menemukan inti atom melalui percobaan di mana ia menembak partikel alfa di selembar kertas emas tipis. Karena beberapa artikel yang ditembakan itu memantul kembali daripada menembus kertas emas, ia menentukan bahwa mayoritas massa atom harus berada di dalam nukleus pusat kecil, dengan elektron yang mengorbit di sekitarnya.
Teori Rutherford itu menjadi landasan teori Bohr. Ia mempelajari struktur atom, dan Bohr mengungkapkan bahwa model Rutherford tidak sepenuhnya benar.
Berdasarkan hukum fisika, dalam hal ini Bohr menggunakan mekanika kuantum, elektron yang mengorbit pada akhirnya harus menabrak inti dan membuat atom tidak stabil. Bohr akhirnya mengubah model Rutherford dengan menjelaskan bahwa elektron yang mengorbit pada inti yang bermuatan positif, dapat melompat di antara tingkat energi, yang menstabilkan atom.
5. Mendapat nobel bersama Albert Einstein
Bohr dan ilmuwan Albert Einstein bukan hanya teman sebaya, mereka merupakan teman baik yang ikut serta dalam serangkaian diskusi tentang fisika selama beberapa dekade, terutama dalam Konferensi Solvay 1927 yang sekarang dikenal sebagai Debat Bohr-Einstein.
Bohr dan Einstein dianugerahi nobel dalam bidang fisika pada tahun 1922. Bohr mendapat Nobel untuk model atomnya, sementara Einstein menyabet Nobel dalam bidang efek fotolistrik (bukan teori relativitasnya yang terkenal itu).
Konferensi Solvay tahun 1927. (Foto: Commons Wikimedia)