Kiat Jaga Suhu Tubuh dari Sengat Cuaca Panas

| 25 Oct 2019 08:32
Kiat Jaga Suhu Tubuh dari Sengat Cuaca Panas
Aktivitas di luar ruangan (Anto/era.id)
Jakarta, era.id - Dalam beberapa hari terakhir, cuaca siang hari sedang panas-panasnya. BMKG menyebutkan suhu udara berkisar 35-37 derajat celcius. Cuaca panas seperti ini masih akan berlangsung selama sekitar satu pekan ke depan.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti punya tips-tips menjaga suhu tubuh agar tetap stabil di kala cuaca panas menusuk. 

Kata dia, jika tidak ada keperluan, hindari berada di luar ruangan pada pukul 10-16. Kemudian, minum air putih dalam 2 sampai 3 jam sekali. 

"Hitungannya, minimal 2 liter per hari. Tidak perlu sampai menunggu haus untuk minum," kata Widyastuti kepada wartawan, Jumat (25/10/2019).

Selanjutnya, perbanyak konsumsi buah-bahan yang segar dan banyak mengandung air. Lalu, gunakan masker dan payung saat keluar ruangagunakan krim pelembab kulit dan sunscreen saat keluar ruangan. 

"Terakhir, jaga kondisi tubuh dengan istirahat dan tidur yang cukup," ungkapnya. 

Buat yang penasaran, BMKG membuat penjelasan soal faktor yang mengakibatkan cuaca panas ini. Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari. 

"Pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga bulan Desember," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo. 

<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="in" dir="ltr">Halo Sobat BMKG <br>Mari cek postingan kami untuk tayangan update informasi Prakiraan Cuaca yang berlaku esok hari, Jumat, 25 Oktober 2019<br>Semoga bermanfaat. <br><br>Dapat diakses melalui link: <a href="https://t.co/rO0hPLQO4R">https://t.co/rO0hPLQO4R</a><a href="https://twitter.com/hashtag/InfoBMKG?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#InfoBMKG</a> <a href="https://twitter.com/hashtag/prakiraancuaca?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#prakiraancuaca</a> <a href="https://twitter.com/hashtag/marikenalicuaca?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#marikenalicuaca</a> <a href="https://twitter.com/hashtag/ProgramKerja?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#ProgramKerja</a> -pws <a href="https://t.co/U492UDh0Sa">pic.twitter.com/U492UDh0Sa</a></p>&mdash; BMKG (@infoBMKG) <a href="https://twitter.com/infoBMKG/status/1187307578730016769?ref_src=twsrc%5Etfw">October 24, 2019</a></blockquote>

<script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Karena matahari sedang berada di sekitar wilayah khatulistiwa pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan seperti Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya. 

Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. 

Pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

"Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara," kata Mulyono.

Tapi, jangan khawatir. Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Rekomendasi