Cerita di Balik Penujukkan Idham Aziz Jadi Kapolri

| 30 Oct 2019 14:50
Cerita di Balik Penujukkan Idham Aziz Jadi Kapolri
Rombongan Komisi III DPR mendatangai rumah dinas Kabareskrim Komjen Idham Aziz untuk fit and proper test Kapolri (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Kabareskrim Komjen Idham Azis bercerita di hadapan pimpinan dan anggota Komisi III mengenai detik-detik pencalonannya sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo. Cerita ini bermula dari pertanyaan anggota Komisi III dari fraksi PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi yang berkunjung ke rumah dinasnya, hari ini.

"Ketika presiden, sebenarnya sebelum presiden ngumumin kan dua hari sudah tahu, mungkin. Saat presiden memberi tahu, apa perasaan bapak?" kata Abu Bakar. 

Idham menjawab, tidak memiliki firasat, niat apalagi mimpi menjadi seorang Kapolri, menggantikan Jenderal (Pol) Tito Karnavian yang mendapat tugas sebagai Menteri Dalam Negeri. 

Lalu dia bercerita ketika ditelepon ajudan Jokowi bernama Ade Vivid untuk menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara sekitar pukul 13.15 WIB. Karena telepon ini, dia pun membatalkan agenda pertemuannya dengan Ketua KPK Agus Rahardjo.

"Jadi saya jujur. Mungkin kami sedang di jalan pukul 11.20 WIB (ke KPK), tiba-tiba ditelpon. Bahasa telpon itu, saya tulis ADC RI 1 (ajudan Presiden Jokowi). Karena saya pernah jadi Kapolda Metro jadi saya kenal ADC RI 1," ujar Idham.

"'Bapak di mana?'maksudnya bertanya pada saya, Kombes Ade Vivid. Saya bilang, 'saya sedang menuju ke KPK', karena memang kami sudah janjian jam 11.00 dengan Agus Rahardjo," lanjut Idham.

Atas undangan ini, Idham kemudian berkoordinasi dengan Tito Karnavian yang saat itu masih menjabat sebagai Kapolri. Dia sempat menelepon beberapa koleganya untuk mengetahui keberadaan Tito. Tito pun diketahui berada di rumah dinasnya.di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan. Setelah dapat kabar itu, Idham langsung menuju ke sana. 

"Saya lapor beliau (Tito), 'Pak saya tadi ditelpon sama ajudan (Jokowi), saya batalkan pertemuan dengan Agus Rahardjo. Saya menghadap beliau (Tito), 'mohon petunjuk Pak Haji'. Saya panggil Tito itu Pak Haji, beliau juga panggil saya Pak Haji. Meskipun saya bukan Haji Tomat, berangkat tobat pulang kumat" seraya tertawa.

Mendengar cerita ini, anggota Komisi III yang hadir dalam pertemuan tersebut juga ikut tergelitik. Ada yang senyum-senyum, ada juga yang tertawa lepas.

"Tadi kata pak ketua, jangan tegang-tegang," ucap Idham sambil tersenyum. 

Idham melanjutkan ceritanya. Usai menghadap Kapolri, Idham menemui istrinya di rumah, sebelum kemudian berangkat ke Istana. Singkat cerita, tibalah Idham di Istana. Dia mengaku, tidak melewati pintu yang bisa terlihat oleh wartawan.

Setelah bertemu Jokowi, Idham mengaku, baru tahu kalau pemanggilan tersebut terkait pencalonannya sebagai Kapolri.

"Sampai di sana beliau (Jokowi) bertanya, 'Pak Idham pensiun kapan?' (Saya jawab) 'saya pensiun tanggal 1 Februari 2021. Beliau bilang, 'ya sudah, saya sudah putuskan, nanti gantikan Pak Tito (jadi Kapolri), kamu kerjakan ini ini, selamat.' Begitu," ujarnya.

Kabareskrim Idham Aziz menerima rombongan Komisi III DPR (Mery/era.id)

Idham jadi Kapolri sudah ditebak sejak lama

Usai bercerita tentang proses penunjukkan Idham jadi Kapolri, giliran rombongan Komisi III yang bercerita. Anggota Komisi III  Syarifuddin Sudding (PAN) pernah menerawang Idham bakal jadi Kapolri menggantikan Tito. Terawangannya itu dia katakan ketika Tito selesai melakukan fit and proper test di DPR beberapa tahun lalu.

"Sesaat Pak Tito mau fit and proper test, Pak Idham datang ke rumah dengan Pak Herry. Saya sampaikan 'the next setelah Pak Tito, Pak Idham'," ujar Sudding.

Cerita Sudding ini jadi bahan tawa bagi peserta yang hadir kali ini, termasuk tuan rumah Idham dan Istrinya, Fitri Handari.

"Kata Pak Idham ketika itu, 'Daeng', saya biasa dipanggil Daeng. 'Daeng ketika itu takdir, saya tidak bisa menolak'. Takdir itu menghampiri Pak Idham hari ini. insyaallah," lanjut cerita Sudding yang ditanggapi riuh peserta yang hadir.

Cerita penerawangan semacam ini juga diceritakan anggota Komisi III Arsul Sani (PPP). Dia mengaku dapat membaca kemungkinan Idham jadi Kapolri sejak proses penyusunan kabinet.

"Kalau tadi Pak Idham mengatakan tidak merasakan tanda atau firasat. Kalau saya malah merasakan tanda-tanda dan firasat pak. Kenapa? Karena apa, sebagai Sekjen partai koalisi pemerintah saya juga sering ke istana Pak, jadi anginnya sudah bisa saya rasakan terutama dua hari sebelum penyusunan kabinet," ucap Arsul.

Pernyataan Arsul juga mendapat respons Idham dan istri. Senyum lebar menghiasi wajah Idham dan istrinya. Tak hanya Idham, para anggota yang hadir di dalam juga merespons dengan tertawa.

 

Rekomendasi