Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menjelaskan, enam proyek tersebut terdiri dari empat proyek pengembangan atau RDMP dan dua proyek baru atau Grass Root Refinery (GRR). Kilang tersebut antara lain Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RDMP RU II Dumai, RDMP RU IV CIlacap, dan RDMP RU VI Balongan.
"Semua sudah on board, sudah jalan, dan tidak ada lagi yang ketinggalan kereta. Ini juga sebagai bentuk komitmen kami untuk mempercepat target kemandirian energi," kata Ignatius di kantor Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Melalui proyek tersebut, Pertamina akan meningkatkan kapasitas produksi BBM dari saat ini sekitar 650 ribu barel per hari menjadi sekitar 1,7 juta barel per hari. Selain itu, dengan teknologi baru BBM yang dihasilkan kilang tersebut akan meningkat kulitasnya dari saat ini Euro 2 menjadi Euro 5.
Menurut Tallulembang, pengerjaan proyek tersebut memakan waktu sekitar 6 hingga 7 tahun, dia pun memperkirakan enam kilang akan beroperasi secara bertahap hingga 2026. Dengan begitu, pada 2026 Pertamina tidak lagi memproduksi BBM dengan standar Euro 2.
"Setelah (kilang) kami jalan semua nggak ada lagi Euro 2, 2026 itu sudah Euro 5. Terakhir (beroperasi) Dumai," papar Ignatius.
Adapun larangan pemakaian BBM Euro 2 ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang. "Kan itu sesuai dengan peraturan KLHK," imbuhnya.