"Bisa juga itu sebagai bentuk penyamaran dia bahwa seolah-olah dia berprofesi itu dan dia bisa masuk ke mana-mana," kata Budi di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Budi mengatakan Kemenhub akan berkomunikasi dengan pihak aplikator ojol agar membatasi pendistribusian atribut agar hanya benar-benar diperuntukkan bagi mitra yang sudah terdaftar. Selain itu, proses rekrutmen juga akan diperketat.
"Kita akan undang aplikator kita akan review proses rekrutmen dari mereka dan tentunya akan ada suatu harapan tahapan rekrutmen ini mesti ada tatap muka. Kedua adalah melakukan evaluasi secara random terhadap mereka mereka yang menjadi anggota. Karena kalau ada suatu kelaian pada suatu anggota biasanya sudah ditunjukkan dengan apa yang mereka lakukan pada keseharian," paparnya.
Langkah selanjutnya, kata Budi, Kemenhub akan memastikan apakah pelaku bom bunuh diri adalah pengemudi ojek online yang sudah terdaftar atau hanya penyamaran saja.
Baca Juga: Waspada Metode Penyamaran Baru Teroris
Seperti diketahui, ledakan yang diduga berasal dari bom bunuh diri meledak pagi tadi di Markas Polrestabes Medan sekitar pukul 08:46 WIB. Pelaku diketahui mengenakan atribut ojol saat menjalankan aksinya.
Saat itu banyak masyarakat untuk mengurus surat keterangan catatan kepolisian (SKCK). Banyaknya masyarakat yang sedang mengurus SKCK ini terkait jadwal rekrutmen calon pegawai negeri sipil di sejumlah kementerian dan lembaga, juga pemerintahan daerah.
Akibat dari ledakan bom tersebut, 6 orang mengalami luka akibat ledakan. Enam orang tersebut terdiri dari 4 anggota Polri kemudian satu PHL atau pekerja harian lepas dan satu masyarakat.
Selain menelan korban luka, ledakan bom itu juga merusak 4 kendaraan, di mana 3 kendaraan milik dinas dan satu kendaraan milik pribadi.