Dalam sambutannya Reini yakin di usianya yang ke-100, ITB akan bertahan hingga 100 tahun berikutnya. “Saya percaya, dengan senantiasa menjaga kebersamaan dalam keberagaman tradisi in harmonia progessio akan bisa bertahan hingga seratus tahun ke depan dan masa-masa berikutnya,” kata Reini, dalam pidato pelantikannya.
Menurutnya, ITB telah banyak meraih capaian hasil kepemimpinan terdahulu. Namun ke depan, ITB menghadapi perubahan-perubahan yang cepat dalam skala nasional maupun global yang harus diantisipasi dan direspons secara kritis, kreatif, inovatif, berintergraitas dan berkedaulatan. Maka ITB harus senantiasa menjadi learning organization dan bersifat adaptif.
“Setelah seratus tahun berkontribusi gemilang, kini saatnya ITB memulai kembali, membangun kekuatan untuk menjawab tantangan perubahan, menyusun strategi trensformasi untuk seratus tahun yang akan datang,” lanjut perempuan kelahiran Jakarta 25 Oktober 1968 tersebut.
Ia bilang, Senat Akademik ITB telah menyusun Rencana Induk Pengembangan ITB 2020-2025 yang memberikan arah bagi pengembangan untuk mewujudkan “a Globally Respected and Locally Relevant University”.
Wanita kelahiran Jakarta 25 Oktober 1968 itu tercatat sebagai wanita pertama yang menjadi rektor ITB. Pada babak terakhir pemilihan dia mementalkan harapan dua kandidat lainnya yang lolos, yaitu Jaka Sembiring dan Rektor ITB Kadarsah Suryadi.
Reini sebelumnya merupakan staf pengajar dengan jabatan guru besar di program studi Teknik Sipil di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Sarjana teknik sipil dengan pengutamaan Rekayasa Struktur dan Geoteknik itu setelah lulus dengan predikat cum laude pada 1991 menjadi pengajar di almamaternya sejak 1992.
Reini melanjutkan studi hingga meraih gelar Master in Engineering dari Purdue University Amerika Serikat pada 1996. Setelah itu studi S3 berlanjut di universitas yang sama hingga lulus 1999. Kini hingga 2023 dia menjadi Ketua Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi di ITB.