Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pasang surut air laut maksimum bisa mencapai 100 hingga 110 cm, sementara yang terbesar setinggi 1,5 meter. Sementara pasang surut air laut di sejumlah wilayah mencapai 100 hingga 110 cm.
"Meskipun fenomena ini merupakan fenomena langka, namun masyarakat harap mewaspadai tinggi pasang maksimun hingga mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari," kata Dwikorita, seperti dikutip era.id dari setkab.go.id, Selasa (30/1/2018).
Menurut Dwikorita, sejumlah wilayah yang mengalami pasang surut air laut diperkirakan terjadi di Sumatra Utara, Barat, Sumatra Barat, Selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.
Dwikorita menegaskan tinggi pasang maksimum ini akan berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di Pelabuhan.
Bagi masyarakat yang ingin melihat fenomena super blue blood moon ini, kata Dwikorita, idealnya berada di wilayah perbatasan, mulai dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, hingga di sebelah barat Sumatra.
Selain itu, lokasi terbaik untuk mengamati fenomena ini di Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi, Satu Babakan, serta Bukit Tinggi.
Super blue blood moon memang langka. Pasalnya ukuran bulan menjadi 30 persen lebih terang daripada biasanya dan 14 persen lebih besar. Terjadi dua kali dalam satu bulan kalender. Terakhir, fenomena ini terjadi pada 31 Maret 1866 atau 152 tahun yang lalu.