Masih Ada satu Suspek COVID-19 di RSHS Masih Didalami Kemenkes

| 11 Mar 2020 17:07
Masih Ada satu Suspek COVID-19 di RSHS Masih Didalami Kemenkes
RSHS (Iman Herdiana/era.id)
Bandung, era.id – Sampai saat ini Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung sudah merawat 12 pasien dalam pengawasan atau suspek COVID-19. Dari jumlah tersebut, satu pasien dalam status pendalaman oleh Kementerian Kesehatan RI. Pendalaman dilakukan untuk mengetahui positif atau tidaknya pasien dari COVID-19.

Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin, dr. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), bilang dari 12 pasien tersebut sebagian sudah dinyatakan sembuh dan dipulangkan. Hingga sore Selasa kemarin, tinggal lima pasien yang masih dirawat di Ruang Isolasi Khusus Kemuning (RIKK) Kemuning RSHS.

Dari lima pasien tersebut, satu orang sudah dipindahkan ke ruang non isolasi dengan kondisi membaik. 

“Rencana hari ini dua orang akan dipulangkan, satu orang juga pindah ruangan. Nah satu orang masih di RIKK, kondisinya cukup baik tapi dalam status masih pendalaman Kementerian Kesehatan,” papar Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin, dr. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), di RSHS, Bandung, Rabu (11/3/2020).

Nina tidak bisa menyebutkan status pasien dalam pendalaman tersebut termasuk ke dalam 27 pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebagaimana dirilis juru bicara pemerintah untuk COVID-19, dr. Ahmad Yurianto Selasa (10/3/2020).

Dalam rilis yang disampaikan pemerintah tersebut, kata Nina, dr. Ahmad Yurianto tidak mengungkapkan identitas maupun rumah sakit mana yang menjadi tempat pasien dirawat dengan dalih demi keamanan bagi pasien dan masyarakat.

“Istilah pendalaman karena semua pemberitahuan satu pintu dari dr Yuri (Ahmad Yurianto). Kalau ada pertanyaan negatif positif itu silakan (ke dr Yuri). Tapi istilah bagi kami itu pendalaman. Karena kemenkes masih ingin terus menggali segala keterkaitannya,” terang Nina.

Menurut Nina, pasien dalam pendalaman tersebut kondisinya sudah membaik, tidak memakai infus atau bantuan pernapasan. Pasien ini masuk ke RSHS satu minggu lalu. Sedangkan penanganan pasien ini diperlakukan lebih khusus lagi oleh petugas medis yang menjadi bagian dari tim penanganan infeksi khusus. “Ada tim khusus jadi tidak perlu banyak-banyak orang. Shift-nya dibagi-bagi,” katanya.

Mengenai mengapa status pasien tidak dipublikasikan, Nina menjelaskan hal itu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan baik pada pasien maupun pada masyarakat. Sebagai contoh, kata Nina, di luar negeri ada pasien positif yang kemudian panik lalu berusaha menularkan ke orang lain. “Ada hal-hal yang ingin kita hindarkan,” katanya.

Rekomendasi