Sebulan Korona di Indonesia, Jumlah Tes Belum Memadai

| 02 Apr 2020 13:23
Sebulan Korona di Indonesia, Jumlah Tes Belum Memadai
Ilustrasi (Dok. Humas Jabar)
Jakarta, era.id - Pemerintah terus melakukan tes virus korona kepada warga baik dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) maupun rapid test. Tes PCR sudah dilakukan terhadap 7.193 orang dari seluruh Indonesia. 

Langkah itu merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan rapid test secara massal. Hasil dari tes PCR untuk memastikan apakah mereka positif COVID-19 atau tidak.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan sebanyak 475.200 alat rapid test virus korona sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia.

"Seluruh sampel yang tergolong suspek korona tersebut akan diuji oleh 34 laboratorium di seluruh Indonesia yang telah ditunjuk. Ini akan memakan energi yang cukup banyak dan akan dilakukan," ujar Yurianto dalam keterangan pers di Graha BNPB, Rabu (1/4/2020).

Dari 7.193 sampel, 76 persen diantaranya negatif. Angka tersebut masih jauh dari memadai jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang mencatat sebanyak 394.141 orang yang telah dites. Hasilnya, ditemukan kasus terkonfirmasi positif ada sebanyak 9.583 pasien, kasus negatif 369.530 orang, dan yang masih sedang diperiksa sebanyak 15.028 orang.

Sedangkan negara jiran Malaysia telah melakukan pengujian sebanyak 39.663 pengujian sampai dengan hari ini Senin (30/03/2020), berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Malaysia. Jumlah tersebut yakni positif 2.626, negatif 28.580, dan yang masih menunggu sebanyak 8.457.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penanganan COVID-19 harus dilakukan secara komprehensif oleh setiap negara. Penerapan pembatasan sosial (social distancing) saja tidak cukup untuk mengatasi penularan penyakit yang disebabkan oleh virus korona tipe baru tersebut.

"Tindakan pembatasan sosial dapat membantu mengurangi penularan dan memungkinkan sistem kesehatan untuk mengatasinya. Cuci tangan dan menutup mulut menggunakan siku saat batuk bisa mengurangi risiko diri sendiri dan orang lain. Tapi itu saja tidak cukup untuk menumpas pandemi ini," kata Tedros seperti dilansir Straits Times, Selasa (17/3).

Cara paling efektif untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan jiwa adalah memutus rantai penularan. Makanya, dia menyarankan kalau pemeriksaan dan karantina harus dilakukan seraya melakukan tes besar-besaran kepada warga.

"Anda tidak bisa melawan api dengan mata tertutup. Dan kita tidak bisa menghentikan pandemi ini jika kita tidak tahu siapa yang terinfeksi. Kami punya pesan sederhana untuk semua negara: tes, tes, tes. Periksa setiap kasus yang dicurigai (COVID-19)," lanjut Tedros.

WHO merekomendasikan pemeriksaan dilakukan pada orang-orang yang berhubungan dengan orang yang diketahui positif COVID-19 yang menunjukkan gejala serupa infeksi virus korona.

"Kalau hasil tes positif, isolasi mereka dan temukan siapa yang pernah berhubungan dekat dengannya sampai dua hari sebelum gejala berkembang, dan periksa orang-orang itu juga," katanya.

 

Rekomendasi