Sinetron Religi yang Kini Gigit Jari

| 07 Apr 2020 13:47
Sinetron Religi yang Kini Gigit Jari
Ilustrasi (Mahesa/era.id)
Jakarta, era.id - Doni (Bukan nama sebenarnya) sedang pusing tujuh keliling mencari penghasilan tambahan untuk membayar cicilan. Ketidakpastian masih menggelayuti rumah produksi penghasil sinetron religi --tempat dia bekerja-- yang seharusnya sedang membuat konten untuk ditayangkan di televisi sepanjang Ramadan.

Imbauan untuk bekerja dari rumah dan membatasi interaksi fisik demi menekan penyebaran virus COVID-19 betul-betul membuat Doni gigit jari. Perusahaannya pun hanya mampu memberi kompensasi Rp1 juta selama work from home (WFH).

"Semua jadi serba susah, itu kan penghasilan sehari-hari kalau enggak kerja, ya, enggak ada uang. Kalau sudah kayak gini bingung juga bayar cicilan gimana enggak ada pemasukan," tutur Doni kepada era.id.

Produser Raam Punjabi, pemilik rumah produksi Multivision Plus mengatakan, setiap syuting sinetron biasanya dikerjakan oleh lebih dari 70 orang. Artinya, produksi syuting saat ini betul-betul tak bisa dilakukan karena kebijakan physical distancing atau pembatasan jarak fisik.

Baca Juga : Asal Usul 'Azab-azaban' Ala FTV Azab

Memaksakan diri untuk mengakali adegan yang harusnya melibatkan banyak pemain jadi terpisah-pisah tak cuma membuat biaya membengkak, hasilnya juga belum tentu bagus. "Kualitasnya, yang paling penting, itu akan terpengaruh," tutur produser 76 tahun itu, seperti dikutip Antara.

Menunggu hingga wabah mereda dan izin syuting kembali diberikan adalah satu-satunya jalan yang bisa ditapaki oleh rumah produksi di Indonesia. Mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi meski produksi sinetron religi baru dimulai atau masih setengah jalan.

Produksi syuting sinetron. (Iqbal/era.id)

Raam mengungkapkan, tiga judul sinetron spesial Ramadan yang disiapkan rumah produksinya masih dalam tahap skenario. Stasiun televisi pun maklum bila konten yang mereka pesan tak kunjung rampung karena ini adalah keadaan kahar (force majeure).

Rumah produksi Sinemart juga menghentikan semua produksi, termasuk untuk bulan puasa. Beruntung mereka punya judul lain yang ceritanya cocok untuk konten Ramadan. Meskipun begitu, keputusan akhir ada pada tim pemrograman televisi.

"Untuk Ramadan kami tidak bisa syuting, tapi ada judul-judul yang sebenarnya cocok juga untuk di Ramadan, seperti yang dimainkan Cut Meyriska dan Roger Danuarta," kata humas Sinemart Dini Suryani.

"Full 30 episode enggak ada, karena kita kan enggak tahu situasinya akan begini, enggak berani stok full juga. Biasanya semua (dikerjakan) on-going."

Baca Juga : Memoles 'Azab' Menjadi Berkah

Starvision Plus juga terpaksa menunda dua judul sinetronnya lantaran belum selesai melakukan proses syuting. Di mana satu judul sudah dalam tahap perampungan, sementara satu judul lainnya masih dalam tahap awal produksi.

Bukan cuma rumah produksi dan para klu sinetron yang gigit jari selama masa physical distancing ini, para aktor dan aktris yang terbiasa mengisi program Ramadan seperti Dude Harlino dan trio Bajaj pun demikian. Hingga saat ini, Dude mengaku belum mendapatkan kabar lebih lanjut terkait sinetron yang akan dibintanginya pada bulan Ramadan mendatang.

Di luar sinetron religi, stasiun televisi juga menyiapkan acara yang mereka produksi sendiri (in house). Program-program in house untuk Ramadan telah digarap sejak jauh-jauh hari karena harus melewati proses editing atau revisi. Contohnya program religi yang menampilkan kemampuan anak-anak menghafal Al-Quran dan materi kuliah tujuh menit alias kultum.

 

"Kami bersyukur, syuting Hafiz Indonesia sudah jauh-jauh hari dari Februari sudah tuntas semua, jadi pas ada imbauan pemerintah untuk tidak syuting sudah tuntas, tinggal tunggu tayang," kata Direktur Pemrograman dan Akuisisi RCTI Dini Putri. 

Satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh stasiun televisi adalah acara-acara siaran langsung yang melibatkan banyak penonton. Di tengah imbauan physical distancing alias pembatasan jarak interaksi, format acara seperti ini harus dipikirkan kembali.

Putar otak

Jika sinetron religi tak bisa diselesaikan tepat waktu untuk ditayangkan selama Ramadan, maka stasiun televisi akan memutar otak untuk menyajikan tayangan yang relevan dan menarik untuk penonton yang sebagian besar berdiam diri di rumah.

Mereka harus memanfaatkan stok tayangan yang sudah dimiliki untuk diolah jadi konten Ramadan, tak bisa mengandalkan judul-judul baru belum diketahui ujung nasibnya.

"Kalaupun akhirnya tidak selesai, pilihan paling dekat re-run, atau episode spesial berisi adegan kompilasi, atau kalau masih panjang bisa jadi ke judul kedua," jelas Dini.

Baca Juga : Duka di Balik Gemerlap Industri Film Indonesia

Re-run atau menayangkan kembali tayangan lama menjadi salah satu alternatif yang dipertimbangkan, terutama untuk judul-judul yang populer. Membuat episode spesial berisi adegan kompilasi yang menarik pun jadi pilihan untuk mengisi kekosongan yang seharusnya jadi jatah episode baru.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang terkena dampak COVID-19 dalam sektor sinetron religi. Di sebagian besar negara Timur Tengah juga mengalami dampak serupa.

"Kami memiliki empat serial TV Ramadan yang belum selesai syuting di Lebanon, dan satu lagi di Suriah. Semua ditangguhkan sekarang," kata kepala sebuah jaringan produksi televisi yang berbasis di Dubai kepada AFP.

Ilustrasi (Mahesa/era.id)

Biasanya serial edisi Ramadan akan menampilkan berbagai macam unsur cerita mulai dari sejarah, komedi, cinta, pertarungan, dan juga misteri. Meski kisah yang akan disuguhkan beragam, harga iklan untuk program tersebut tergolong memiliki nilai jual yang cukup mahal.

Hal ini juga diupayakan oleh rumah produksi untuk bertahan dan melawan genjatan serial Netflix di platform streaming online. Hal ini juga berlaku bagi rumah produksi di Indonesia yang terpaksa menghentikan seluruh kegiatan dan proses syuting hingga batas waktu yang tak bisa ditentukan.

"Kami berkomitmen untuk mengikuti aturan, sementara kami juga mencari cara untuk terus bekerja, seperti membawa sedikit juru kamera. Tapi kami tidak tahu sampai kapan ini bisa terjadi," kata Jamal Sinan selaku pemilik Eagles Film Production, seperti dikutip AFP.

Rekomendasi