Sekolah Dinas Jadi Kluster Besar Penyebaran Korona di Jabar

| 08 Apr 2020 12:33
Sekolah Dinas Jadi Kluster Besar Penyebaran Korona di Jabar
Ridwan Kamil (Dok. Humas Jabar)
Bandung, era.id – Tes masif korona di Jawa Barat menghasilkan kluster baru persebaran virus korona baru. Kluster ini berada di berbagai sekolah kedinasan yang berasrama.

Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadikan zona pendidikan sebagai sasaran tes masif. Pemprov Jabar sudah memiliki 100.000 alat rapid test kit, dan sudah didistribusikan sekitar 63.000 kit ke 27 kabupaten/kota. Sedangkan hasil tes yang telah dikumpulkan 21.600 kit, dan indikasi kasus positif terinfeksi COVID-19 ditemukan sebanyak 826 kasus.

Dari 826 kasus positif tersebut akan ditindaklanjuti dengan tes PCR (polymerase chain reaction).

Kluster baru di zona pendidikan awalnya ditemukan di Sekolah Pembentukan Perwira Kepolisian RI (Setukpa Polri), Sukabumi. Ada 300 siswa Setukpa yang positif COVID-19.

Kasus positif korona juga ditemukan di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (SECAPA AD), Kota Bandung, Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (Pusdikajen) Kodiklat TNI AD, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

“Di Jabar banyak pusdik TNI/ Polri. Dari indikasi ini Bapak Wapres, perlu ada semacam evaluasi di masa pendemi ini, bagi lembaga pendidikan TNI/ Polri khususnya terkait siswa yang berkegiatan dan berkumpul,” ujarnya.

Sementara Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) COVID-19 Jawa Barat, Daud Achmad bilang, dari temuan kasus positif di lingkungan pusdik TNI/Polri akan ditindaklanjuti dengan metode PCR guna memastikan terinfeksi atau tidak COVID-19. Pasalnya, hasil tes cepat akurasinya hanya berkisar 80 persen.

Sasaran tes cepat berikutnya ialah pesantren yang jumlahnya sangat banyak di Jawa Barat. Ridwan Kamil bilang, tes masif diupayakan sebanyak mungkin untuk dapat mengetahui peta sebaran kasus positif, pelacakan riwayat kontak, dan pengobatan guna memutus penyebaran korona.

Daud Achmad menambahkan, upaya tes masif diadakan di pesantren karena banyak santri yang tinggal di kobong atau asrama. “Kerawanannya, kalau ada satu saja yang terpapar akan berpotensi penularan. Tes ini juga sebagai deteksi dini, jika ditemukan kasus positif cepat ditangani,” kata Daud. 

 

Rekomendasi