Kondisi Mengerikan di Penjara El Salvador: Napi Dipaksa Berdesakan

| 28 Apr 2020 21:03
Kondisi Mengerikan di Penjara El Salvador: Napi Dipaksa Berdesakan
Kondisi para tahanan di penjara El Salvador. (Foto: Daily Mail)
Jakarta,era.id - Para gangster di El Salvador telah mengabaikan aturan physical distancing (jaga jarak fisik) dengan melakukan 22 kasus pembunuhan dalam sehari. Kini otoritas kemanan telah menjejalkan mereka bersama-sama di penjara dengan penguncian maksimal.

Dikutip dari Daily Mail, Selasa (28/4/2020), Presiden El Salvador Nayib Bukele mengumumkan penjara dalam keadaan darurat pada Jumat (24/4) malam. Hal ini disebabkan lonjakan kasus pembunuhan yang terjadi saat itu. 

Para narapidana merupakan anggota gangster yang dikumpulkan secara bersamaan. Presiden berusia 38 tahun itu memerintahkan pengurungan selama 24 jam penjara untuk anggota gangster.

Ia juga mengatakan kepada pemimpin gangster, bahwa mereka akan dikirim ke sel isolasi setelah melakukan kasus 22 kasus pembunuhan dalam satu hari itu.

"Tidak ada kontak dengan dunia luar. Toko-toko akan tetap ditutup dan semua kegiatan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut." tulis Presiden Bukele di Twitter.

Bukele mengatakan akan melakukan penguncian 'darurat maksimum' yang akan diberlakukan usai para gangster masuk ke sel isolasi. 

Kondisi para tahanan di penjara El Salvador. (Foto: Daily Mail)

Sementara, pihak kepolisian akan menyelidiki lebih lanjut terkait kasus 22 pembunuhan dalam sehari yang dilakukan pada hari Jumat (24/4).

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan jumlah itu adalah kasus pembunuhan tertinggi dalam satu hari sejak Bukele menjabat pada Juni tahun lalu.

Beberapa tahun yang lalu, El Salvador juga pernah mengalami gangguan dari gangster yang dikenal sebagai Maras. Hal ini secara otomatis menjadikan negara ini memiliki tingkat pembunuhan tertinggi di Amerika.

Namun, di bawah kepemimpinan Bukele angka pembunuhan berhasil turun signifikan dan negara Amerika Tengah dalam beberapa bulan terakhir pernah mencatat hari tidak ada kasus pembunuhan.

El Salvador telah memberlakukan beberapa langkah paling keras di Amerika untuk memerangi penyebaran COVID-19. Negara yang berbatasan dengan Honduras dan Guatemala itu memulai lockdown pada 22 Maret 2020 dan membuat aturan bagi pelanggar lockdown dengan hukuman penjara.

 

Pengadilan konstitusi negara telah memutuskan untuk membebaskan beberapa orang yang ditahan secara ilegal. Namun, Bukele mengatakan kepada otoritas polisi untuk menahan narapidana dan mengirim ke karantina.

"Pemerintah bersikeras menggunakan kurungan sebagai hukuman bagi siapa pun yang melanggar perintah eksekutif, yang tidak berkelanjutan," ujar Celia Medrano, Kepala Program Organisasi HAM berbasis di San Salvador Cristosal, kepada Al Jazeera.

"Mereka harus mempertimbangkan ada situasi pekerjaan informal untuk kelangsungan hidup bagi banyak orang yang tidak dalam kondisi untuk mempertahankan karantina di rumah mereka sendiri," lanjutnya.

Rekomendasi