Selama masa pandemi saat ini, Mello yang berprofesi sebagai dokter audiolog di Raleigh, North Carolina mendapati fakta pasiennya kesulitan mendengar dan komunikasi akibat para stafnya menutup wajah dengan menggunakan masker.
Kekhawatiran ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan memunculkan ide bagi Mello untuk menciptakan masker transparan bagi para penyandang tuli, khususnya pasien rumah sakit. Dia pun membagikan sebuah postingan yang di grup Facebook dan menanyakan siapa yang pandai menjahit.
"Saya mendapat 10 komentar dari email blast dan hanya dalam beberapa hari saya turun sekitar 30 masker. Aku sangat terkesan dengan itu," kata Mello seperti dikutip dari CNN, Rabu (6/5/2020).
Masker kain itu pun dibuat dengan desain yang hampir sama pada masker umumnya, hanya bagian mulut diganti dengan bahan transparan dari vinil atau mika agar gerakan mulut bisa terbaca oleh penyadang tuli.
Dalam menjahit masker transparan ini, dia juga dibantu oleh salah seorang istri pasiennya, yang juga bekerja sebagai perawat. Saat ditanyai perihal biaya, dia mengatakan tidak butuh uang dan ingin menyumbang masker tersebut.
"Untuk siapa saja, tidak hanya gangguan pendengaran, Anda harus melihat emosi, Anda harus melihat ekspresi wajah. Dan dengan masker tertutup ini, itu menghilangkan semua ekspresi wajah yang ada untuk berkomunikasi," lanjutnya.
Sebelum masa pandemi ini terjadi, para penyandang tuli sudah cukup kesulitan berkomunikasi, apalagi saat datang ke toko atau tempat umum lainnya. Sangat sulit bagi mereka menangkap maksud dari pembicaraan, ditambah dengan kebisingan yang kadang semakin mengganggu.
Doug Dieter, salah satu pasien Mello yang mengalami gangguan pendengaran mengatakan sulitnya berkomunikasi karena faktor pendengaran yang terganggu.
"Kamu kadang-kadang tidak menyadari perjuangan yang mungkin dimiliki seseorang dalam memahami apa yang kamu katakan," kata Dieter.
Selain itu, Mello berharap para wartawan hingga pembawa berita juga memakai masker transparan selama siaran televisi. Hal ini akan membantu para penyandang tuli memahami maksud dan isi berita yang disiarkan baik secara langsung maupun berita lainnya yang tayang di televisi.
Di Indonesia, hal serupa juga dilakukan oleh salah seorang warga asal Wonogiri, Jawa Tengah, yaitu Eka Sari Utami. Dia merupakan seorang instruktur bahasa isyarat yang dibantu oleh Sutantini, seorang penyandang tuli yang juga merupakan seorang penjahit asal Wuryorejo, Wonogiri, Jawa Tengah.
Keduanya memutuskan untuk membuat masker transparan yang sama dengan ide Mello asal Carolina. Eka dan Tanti mendapatkan ide tersebut berkat rekan-rekannya yang menunjukkan masker transparan hingga akhirnya ide itu muncul dan mulai diproduksi pada 8 April 2020.
Eka menjual satu masker transparan itu seharga Rp7.500 untuk satu masker. Tetapi untuk harga teman dengar (orang normal yang berkomunikasi dengan orang tuli) dihargai Rp15.000 dengan catatan bisa menyumbang satu masker untuk penyandang tuli lainnya.
Sayangnya, produksi masker yang dibuat Eka terbatas jumlahnya per hari. Dia hanya menyediakan 10 buah masker per hari dan menggunakan sistem antrean untuk pemesanannya.