Survei: 74,8 Persen Responden Percaya Ekonomi Memburuk karena COVID-19

| 07 Jul 2020 22:24
Survei: 74,8 Persen Responden Percaya Ekonomi Memburuk karena COVID-19
Ardian Sopa (Antara)
Jakarta, era.id - Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait persepsi masyarakat di zona merah COVID-19 tentang kondisi ekonomi mereka selama masa pandemi virus korona.

Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa mengungkapkan 74,8 persen responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka memburuk, sementara 22,4 persen lainnya menyatakan kondisi mereka tak berubah dibandingkan masa sebelum pandemi.

"Sisanya, ada 2,2 persen responden yang menyatakan bahwa keadaan ekonomi mereka lebih baik," ujarnya dalam video conference, Selasa (7/7/2020).

Responden yang menyatakan kondisi ekonominya memburuk tersebar merata di hampir semua segmen, naik yang kelas ekonomi atas maupun wong cilik, berpendidikan tinggi maupun rendah, tua maupun muda, serta dari semua konstituen partai politik.

Menurut Ardian, dengan kondisi mayoritas responden menyatakan ekonomi memburuk, ada implikasi politik yang serius jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tepat.

Survei dilakukan terhadap 8.000 responden yang tersebar di delapan wilayah yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Bali, dan Banten pada 8-15 Juni 2020. Metodologi yang digunakan dalam survei ini adalah multistage random sampling.

"Masing-masing wilayah sekitar seribu dengan margin of error plus minus 2,05 persen," terangnya.

Karena itu, LSI Denny JA membuat 7 (tujuh) rekomendasi penting. Pertama, memaksimalkan peran influencer elit untuk bekerja secara masif. Saat new normal, resiko penularan corona akan makin besar, karena publik lebih aktif di ruang-ruang publik.

"Influencer elit harus dilibatkan untuk mengedukasi dan mengontrol protokol kesehatan," tuturnya.

Kedua, berhati-hati terhadap krisis sosial akibat memburuknya persepsi publik terhadap ekonomi yang berada di zona merah. "Saat ini public seperti rumput kering yang mudah dibakar. Diawali dengan krisis kesehatan, ditambah krisis ekonomi, maka bisa berubah menjadi krisis sosial dan krisis politik," ujar Adrian.

Ketiga, pemerintah perlu membebaskan publik tetap mencari nafkah asal tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat. Sebab ekonomi tetap harus berjalan, agar tak makin memburuk.

Keempat, pemerintah perlu memberikan aneka bantuan sosial yang sudah diprogramkan secepatnya dan tepat sasaran. "Survei ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat membutuhkan bantuan tersebut. Terutama pada mereka yang berasal dari kelas ekonomi bawah," sambung Ardian.

Kelima, pemerintah harus lebih hati-hati, dan menahan diri untuk mengeluarkan kebijakan yang tidak populer, terutama kebijakan yang makin membebani ekonomi rakyat. Keenam, para elit yang berhadapan secara politik menunda dulu provokasi yang dapat membelah publik dan membuat mereka makin membara.

Terakhir, pemerintah perlu kembali menggerakkan ekonomi sedini mungkin agar kondisi ekonomi tak makin memburuk.

"Publik mempersepsikan bahwa ekonomi mereka memburuk dan mayoritas pun khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semua sektor bisnis harus dibuka kembali, dengan tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat," ucapnya.

 

Rekomendasi