Dilansir dari Aljazira, Minggu (12/7/2020), tak sedikit warganet yang mendukung dan bersyukur, namun banyak pula yang menentang keputusan Erdogan untuk mengalihfungsikan museum Byzantium abad keenam itu.
"Selamat kepada warga Muslim dunia. Haghia Sophia tidak lagi menjadi museum. Dia telah diubah menjadi masjid. Azan pertama setelah delapan dekade berkumandang di sini," cuit wargenet Twitter dari Pakistan, Mir Mohammad Alikhan.
Congratulations to the Muslim world.
Hagia Sofia is no longer a Museum. It has been turned back into a Mosque. 1st AZAAN after 8 decades took place today. #AyasofyaCamii#Turkey Does It Again. Alhamdolillah pic.twitter.com/mIYrzJA5hh
— Mir Mohammad Alikhan (@MirMAKOfficial) July 10, 2020
Warga Turki bernama Engin Altan Duzyatan juga mencuitkan hal senanda. Ia mengatakan Turki tidak akan lagi sama dan sudah saatnya kedaulatan kembali dan gelora semangat Ottoman hidup dalam warga setempat.
Pandangan berbeda datang dari warganet asal Irlandia, Razan Ibraheem yang berpendapat seharusnya tetap menjadi situs netral.
Menurutnya, bangunan yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Unesco ini, memiliki catatan sejarah luar biasa yang harusnya dimiliki semua orang dengan latar belakang agama apapun.
"Seharusnya Hagia Sophia tetap dijadikan museum dan situs warisan dunia. Hagia Sophia tidak lekang oleh waktu dan tidak terbatas pada agama. Itu milik sejarah dan kemanusiaan," katanya.
To preserve the extraordinary history of Hagia Sofia, it should have been kept for everyone from all religions and backgrounds. It should have been kept as a museum and a world heritage site.
Hagia Sofia is timeless & not limited to religion. It belongs to history and humanity. pic.twitter.com/FuPSjoeyN2
— Razan Ibraheem (@RazanIbraheem_) July 10, 2020
Sementara warganet lainnya beragumen dengan membandingkan isu-isu lokal dan internasional. Misalnya seperti warga Doha, Qatar Joseph Lumbard yang mempertanyakan komentar publik yang menolak keputusan Erdogan.
Dia menyinggung nasib tiga juta warga muslim Uighur di China yang telah dipenjara dan dihancurkan tempat-tempat ibadah mereka.
"Jika Anda lebih khawatir tentang nasib #hagiasofia daripada 3 juta Muslim Uiyghur yang telah dipenjara dan masjid-masjidnya sedang dalam proses dihancurkan oleh pemerintah Cina, Anda mungkin perlu memeriksa prioritas Anda," cuitnya di laman Twitter.
If you are more worried about the fate of the #hagiasofia than of the 3 million Uiyghur Muslims who have been imprisoned and whose mosques are in the process of being destroyed by the Chinese government, you may need to check you priorities.
— Joseph Lumbard, ???? ??? ???? (@JosephLumbard) July 10, 2020
Presiden Turki Erdogan menolak kecaman internasional terkait keputusannya menjadikan Hagia Sophia menjadi masjid. Dia menegaskan bahwa keputusannya tersebut merupakan bagian dari kedaulatan Turki.
Kecamannya dari internasional tak membuatnya mundur dan ia berulangkali menegaskan status Hagia Sophia yang juga warisan Unesco ini adalah urusan Turki.
Keinginan Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid terwujud setelah pengadilan mencabut keputusan status museum yang disematkan pada 1934 ketika Kemal Ataturk berkuasa pada Jumat lalu.
Dalam sebuah pidato kenegaraan, Erdogan mengatakan "kebangkitan Hagia Sophia" adalah pertanda satu langkah pembebasan Masjid Al-Aqsa dan umat Islam mulai meninggalkan keterpurukannya.
Dia mengatakan, kebangkitan Hagia Sophia adalah kobaran harapan tak hanya untuk umat Islam tetapi juga dari semua masyarakat yang tertindas, korban perang dan penjajahan.
-
Fashion08 Feb 2022 19:05
Menawan Pakai Dress Menerawang, Sophia Latjuba Sukses Bikin Heboh
-
Lifestyle23 Oct 2021 09:15
Dikabarkan Dekat dengan Abdee Slank, Ini Jawaban Sophia Latjuba