Mobilitas di Tapal Batas Negara Bakal Dikontrol

| 13 Jul 2020 11:30
Mobilitas di Tapal Batas Negara Bakal Dikontrol
Jokowi arahkan pengendalian mobilitas di tapal batas negara (Dok. Sekretariat Kabinet)
Jakarta, era.id - Dalam arahannya di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020), Presiden Joko Widodo mengatakan lalu lintas warga di perbatasan perlu dikendalikan guna mencegah persebaran COVID-19.

"Pengendalian wilayah perbatasan perjalanan serta transportasi lintas wilayah betul-betul harus jadi perhatian lagi karena imported cases (kasus impor) dari luar negeri juga kita lihat meningkat," kata Joko Widodo dalam rapat percepatan penanganan dampak pandemi, seperti ditulis Antara.

Presiden telah meninjau langsung penanganan COVID-19 di sejumlah daerah. Dia juga mengemukakan bahwa sosialisasi harus terus dijalankan untuk meningkatkan kesadaran warga dalam menjalankan protokol kesehatan, serta menggalang partisipasi publik dalam upaya penanggulangan COVID-19.

New Normal Membuat Cemas

Sementara itu, peneliti Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan penetapan situasi New Normal menambah jumlah kelompok masyarakat yang cemas bakal tertular COVID-19.

"Kekhawatiran untuk tertular di masa New Normal itu masih tinggi," kata Ali, yang juga CEO Alvara Research Center, dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu (12/7/2020).

Menurut penuturan Ali, survei Alvara Research Center menemukan sebanyak 60,5 persen responden cemas anggota keluarganya tertular COVID-19 di masa normal baru, sementara yang sedikit cemas dan tidak cemas sama sekali hanya 37,2 persen. Sisanya tidak menjawab atau tidak tahu.

Namun, hasil survei yang dilakukan melalui metode daring dan wawancara telpon terhadap 1.225 koresponden di seluruh Indonesia pada 22 Juni 2020 hingga 1 Juli 2020 lalu itu juga menunjukkan bahwa ada dilema pada sebagian masyarakat.

Dilema tersebut, kata Ali, menyangkut apakah mereka akan mengutamakan kesehatan dan tetap tidak keluar rumah, atau memilih mengutamakan ekonomi dengan beraktivitas seperti biasanya.

"Dilema itu terutama dirasakan pada masyarakat menengah ke bawah. Alasan utamanya adalah karena takut kehilangan pekerjaan," kata Ali.

Survei Alvara Research Center dengan tema 'Respons Publik atas COVID-19' menunjukkan bahwa kecemasan akan hilangnya pekerjaan menghinggapi 41,5 persen responden.

Kecemasan selanjutnya adalah khawatir tidak bisa membayar cicilan (27,3 persen), dan kehabisan bahan makanan (20,5 persen).

Rekomendasi