Sejarah Pembuatan dan Lezatnya Kerupuk

| 14 Jul 2020 13:25
Sejarah Pembuatan dan Lezatnya Kerupuk
Kerupuk rambak (Travelingyuk.com)
Jakarta, era.id - Kita sering makan kerupuk, tapi apakah kita tahu asal mula kerupuk dan sejarah pembuatannya?

Ternyata, makanan yang bisa dijadikan pendamping nasi ini tercatat di prasasti Batu Pura, dan tertulis di sana bahwa kerupuk rambak, terbuat dari kulit kerbau atau sapi, sejak abad ke-9 M atau ke-10 M di Pulau Jawa.

Keberadaan kerupuk rambak pun masih ada hingga kini, seperti di Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Sukoharjo. Di Surabaya, kamu juga bisa menemukannya dengan mudah.

Menurut sejarawan makanan, Fadly Rahman, kerupuk sudah ada di Pulau Jawa sejak abad ke-9 atau 10.

“Kerupuk kulit dengan bahannya kulit ternak dibuat dengan cara sesudah lapisan selaput dibuang dan bulunya dihilangkan, biasanya dengan jalan dibakar, kulit digodog hingga empuk, kemudian diiris-iris dan dijemur hingga kering,” tulis AG Pringgodigdo dalam Ensiklopedi Umum.

Pada perkembangannya, kerupuk juga menyebar ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, Sumatra, hingga Semenanjung Melayu. Masyarakat Melayu di sana membuat ikan hingga udang menjadi kerupuk.

“Itu tercatat dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi saat menyebut Kuantan (Malaysia), sekitar abad 19, dia juga membahas keropok (kerupuk). Kerupuk mulai disukai di mancanegara sedari masa kolonialisme Hindia Belanda dan dianggap jadi pelengkap yang harus ada dalam berbagai kuliner Nusantara yang mereka santap,” kata Fadly dikutip dari Historia.

Perlahan, kerupuk dapat tempat di hati masyarakat bangsa Eropa. Sampai-sampai ada ungkapan “kurang nikmat menyantap makanan Nusantara tanpa kerupuk”.

“Tentunya juga selain sambal. Di Suriname yang jadi tempat migrasi orang Jawa di masa kolonial, kerupuk jadi makanan yang populer. Buat orang-orang mancanegara, kerupuk jadi satu hal yang melekat dan menarik minat karena menganggap kerupuk adalah identitas kuliner Indies (Hindia Belanda),” kata Fadly.

Selain kerupuk kulit, menurut Pringgodigdo lagi, kerupuk juga terbuat dari tepung singkong (tepung kanji), tepung terigu sedikit dan garam secukupnya ditambah daging udang atau ikan. 

Jenisnya bermacam-macam, tergantung bahannya. “Nama dagang kerupuk juga biasanya diambil dari nama bahan tambahannya: kerupuk udang, kerupuk (ikan) tenggiri, dsb., atau menurut tempat pembikinannya, seperti kerupuk Sidoarjo, kerupuk Palembang, dsb.,” tulis Pringgodigdo.

Lebih dalam, kerupuk lalu menyebar ke penjuru nusantara bahkan sampai ke Semenanjung Melayu. Dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi, saat menyebut Kuantan (Malaysia) sekitar abad ke-19 M disebut juga tentang keropok alias kerupuk.

Bukan orang Melayu saja, kerupuk mulai disukai pada zaman penjajahan Belanda. Sehingga kerupuk harus selalu ada di setiap hidangan nusantara.

Disebutkan bahwa salah satu pengusaha kerupuk pertama berasal dari Tasikmalaya, yakni Sahidin dan Sukarma. Mereka berjualan semenjak tahun 1930 di Jalan Kopo depan Rumah Sakit Emanuel Bandung. 

Lewat hasil jerih payahnya itu, kini di Indonesia, banyak yang mengikuti jejaknya sebagai pengusaha kerupuk. Tak lagi di Jawa, kerupuk sudah tersebar hampir di seluruh penjuru Indonesia dengan beragam jenisnya.

Tags : sejarah
Rekomendasi