Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) baru-baru ini melaporkan kelompok yang dikenal dengan nama APT29, yang "sangat mungkin" didukungoleh satuan intelijen Kremlin, tengah mengincar jaringan komputer perusahaan farmasi dan kelompok riset di Inggris.
Otoritas pemerintahan Inggris tidak melihat bahwa serangan tersebut berhasil mencuri rahasia kedokteran terkait riset vaksin COVID-19 yang sedang berlangsung. Mereka menekankan bahwa tidak ada riset vaksin yang terciderai.
The ???????? stands with ???????? & ???????? against the reckless actions of Russia’s intelligence services, who we have exposed today for committing cyber attacks against those working on a #Covid19 vaccine - undermining vital ???? cooperation to defeat this pandemic https://t.co/6nIq8Nu5Iz
— Dominic Raab (@DominicRaab) July 16, 2020
Penelitian vaksin COVID-19 di Inggris, yang dilaksanakan di Universitas Oxford dan Imperial College London, merupakan beberapa riset yang berada di garis depan upaya global untuk menyetop laju pandemi virus korona.
Pihak otoritas sendiri tidak bisa memastikan apakah presiden Rusia, Vladimir Putin, tahu mengenai operasi yang mengincar riset vaksin, namun, seperti ditulis di The Guardian, "mereka tak akan terpikir melakukan sesuatu yang tidak [Putin] setujui."
Juru bicara Presiden Putin, Dimitri Peskov, menolak tuduhan yang dialamatkan kepada pemerintahan Rusia.
"Kami tidak punya informasi mengenai siapa yang meretas perusahaan farmasi dan pusat riset di Inggris," kata dia. "Kami hanya bisa mengatakan bahwa Rusia tidak punya urusan dengan serangan-serangan tersebut."
Dalam tahun-tahun belakangan, kelompok peretas siber APT29 yang didanai biro intelijen Rusia telah dikaitkan dengan peretasan terhadap komputer di biro olahraga dan laboratorium kimia di Swis, tempat sampel racun novichok yang dipakai dalam upaya pembunuhan di Salisbury tengah dianalisa.
Grup APT29, atau dikenal dengan nama Dukes atau Cozy Bear, sudah aktif di komunitas peretasan siber selama bertahun-tahun, dan juga mendalangi serangan ke partai Demokrat AS sebelum pemilu 2016.
Penelitian vaksin tengah menjadi incaran pihak intelijen Rusia dan Cina, kata Andrei Solidatov, jurnalis investigatif Rusia dan ahli keamanan siber. Penelitian tersebut dikabarkan berada di pusaran kompetisi geopolitik karena akan mampu menganalisa asal mula virus korona dan vaksin yang bisa mengatasi pandemi.