Sejak awal pemerintahannya, Jokowi selalu menegaskan sikap terkait perdagangan narkoba. Dalam berbagai kesempatan pula, Jokowi membeberkan data dan fakta terkait kasus narkoba di Indonesia.
Dia menyebut, rata-rata 50 orang meninggal setiap hari akibat penyalahgunaan naroba. Jika dikalkulasi, 18.000 jiwa meninggal tiap tahunnya. Jumlah itu belum termasuk 4,2 juta orang yang sedang direhabilitasi dan 1,2 juta yang tak rehab.
Menurut Jokowi, penunjukan Irjen Pol Heru Winarko sebagai kepala Badan Narkotika Nasioal (BNN) adalah upaya memutus rantai peredaran narkoba di Indonesia. Penunjukan Heru memang memancing perhatian. Sebab, sebelum ditunjuk sebagai Kepala BNN, Heru adalah Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Yang paling penting dari sisi integritasnya. Karena peredaran narkoba, duitnya gede sekali, omzetnya gede sekali, gampang menggoda orang untuk berbuat tidak baik," kata Jokowi, di Istana, Kamis (1/3/2018).
Dipantau Jokowi
Jokowi sudah lama memantau dan terkesan dengan kinerja Heru yang dilantik pada Kamis (1/3) menggantikan Budi Waseso. Menurut Jokowi, Heru berintegritas dan sangat dibutuhkan dalam penegakan hukum. Sepak terjang Heru selama di KPK sudah diamati Jokowi. Jokowi terkesan ketika Heru tidak gentar dengan banyaknya ancaman saat mengusut kasus korupsi.
Fokus pada pencegahan
Lebih lanjut, Jokowi juga menyatakan keinginannya agar BNN di bawah kepemimpinan Heru memiliki standar-standar yang baik, seperti yang sudah diterapkan Heru selama di KPK, misalnya standar tata kelola organisasi dan integritas.
Selain itu, Heru juga diharap dapat meningkatkan kemampuan BNN dalam melakukan pencegahan. Hal itu dianggap penting, sebab bisnis narkoba melibatkan uang dan keuntungan yang amat besar. Dengan hal tersebut, tak heran jika bisnis narkoba sangat mudah membuat orang tertarik untuk terlibat di dalamnya.