Tokoh Tionghoa Semprot Ade Armando Soal Isu SARA: Kelihatannya Belain Orang Tionghoa dan Nonmuslim, Tapi..

| 07 Aug 2021 13:21
Tokoh Tionghoa Semprot Ade Armando Soal Isu SARA: Kelihatannya Belain Orang Tionghoa dan Nonmuslim, Tapi..
Ade Armando. (Foto: Antara)

ERA.id - Tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma mengkritik sikap pegiat media sosial yang juga dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, yang dianggap kerap bermain isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Lieus menyindir pernyataan Ade Armando dalam cuitannya di Twitter, beberapa waktu lalu. Saat itu, Ade Armando menanyakan apakah agama pebulu tangkis Indonesia, Anthony Ginting yang berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020.

"Eh Ginting tu Islam atau Kristen? Ya Kristenlaaah, Oooooh.." cuit Ade Armando.

Menanggapi itu, Lieus menyebut bahwa Ade Armando tampak seperti membela etis Tionghoa maupun nonmuslim. Padahal hal tersebut justru salah dan bisa memecah belah bangsa.

"Kelihatannya Bapak belain orang Tionghoa, belain orang non-muslim, tapi kita lihatnya ngilu Pak," kata Lieus Sungkharisma dalam video yang viral di media sosial, dilihat dari akun Twitter @syafniir, Sabtu (7/8/2021).

Ia lantas mengingatkan bahwa sebagai dosen dan orang terdidik, seharusnya Ade Armando tidak lagi membesar-besarkan perbedaan, baik suku, ras, agama, mapun golongan. Apalagi sampai mendeskreditkan agama tertentu. 

"Janganlah mendeskreditkan agama lain, kayak yang menang Olimpiade bapak bilang agamanya Kristen, itu nggak enak Pak. Kita melihat itu dia adalah putra-putri bangsa tanpa lagi latar belakang kesukuan, latar belakang agama, kita semua happy, kita gembira," ujar Lieus.

Pria yang juga Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) itu pun mengingatkan Ade Armando agar tidak lagi membawa suku maupun agama dalam pandangan politik. 

"Jangan bapak sekat-sekat gitu, jangan pak, sumbangan-sumbangan bawa-bawa etis, akhirnya kan jadi nggak enak, jagalah Pak kerukunan, Bapak pasti ngerti maksud yang saya omongin ini," kata Lieus. 

"Kita ini udah merasa satu bangsa, satu negeri, kalo ada perbedaan pandangan politik itu biasa, jangan dibawa agamanya dan sukunya, saya kritik Bapak tadinya kita udah rukun udah bagus, jadi ada sekatnya lagi, sekat agama, sekat suku," pungkas dia.

Rekomendasi