Polri Klaim Keberhasilan Bebaskan Sandera

| 11 May 2018 07:11
Polri Klaim Keberhasilan Bebaskan Sandera
Polisi berjaga di Mako Brimob (Foto: Rakaputy/era.id)
Depok, era.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengklaim operasi penanganan penyanderaan pada kerusuhan di Mako Brimob, termasuk dalam kategori berhasil. Alasannya, satu anggota Polri yang disandera narapidana terorisme, yakni Brigadir Iwan Sarjana, berhasil selamat.

"Di dalam teori penanganan penyanderaan, indikator keberhasilan operasi penyanderaan itu adalah kalau sanderanya hidup, kalau sanderanya mati gagal. Sanderanya, Alhamdulillah bisa hidup yaitu Brigadir Iwan Sarjana," kata dia di depan gedung Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5/2015) malam.

Meski sukses, Tito mengaku terpukul, lima anggotanya harus tewas di tangan para napi teroris itu. Sebagai penegak hukum, dirinya akan mengikuti aturan yang ada untuk mendapatkan keadilan terhadap lima anggotanya itu.

"Sebagai penegak hukum, maka saya juga harus taat kepada hukum, jadi proses hukum kita laksanakan," ucap dia.

(Infografis korban meninggal akibat kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok/era.id)

Tito menambahkan, pihaknya akan segera melakukan evaluasi untuk masalah ini. Dia juga akan melakukan olah tempat kejadian perkara, setelah rampungnya proses pemindahan 155 narapidana teroris ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. 

"Setelah itu, saya dalam jangka panjang memikirkan untuk mencarikan tempat. Nanti kerjasama sama Menkeu dan internal bagaimana kita membangun tempat yang layak untuk rutan sementara untuk penanganan terorisme," kata Tito.

 

Penyanderaan ini dilakukan 156 napi terorisme terhadap sembilan anggota Polri. Mereka mengambil 37 pucuk senjata api milik Polri. Dari sembilan anggota Polri yang disandera, lima di antaranya gugur dengan cara pembunuhan sadis. 

Kerusuhan ini berawal gara-gara masalah makanan. Saat itu, seorang narapidana terorisme membuat keributan, berteriak dan memukul-mukul tembok rutan untuk menagih makanan kiriman keluarganya yang tertahan di tangan petugas jaga.

Baca Juga : Perkara Makanan di Mako Brimob

Padahal, menurut polisi, pemeriksaan makanan merupakan prosedur standar yang harus dilakukan petugas untuk mengantisipasi penyelundupan atau berbagai hal buruk lain yang mungkin saja terjadi. Akibatnya, teralis penjara jebol, mereka pun masuk ke gudang amunisi untuk menjarah. Mereka juga menyandera sembilan orang polisi.

Lebih dari 24 jam mereka melakukan penyanderaan. Saat itu, masih ada Bripka Iwan Sarjana yang ditawan oleh napi terorisme. Tim negosiator kepolisian berhasil membebaskan Bripka Iwan Sarjana, setelah ditukar makan malam.

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto menjelaskan, celah untuk membebaskan Iwan disadari tim negosiator ketika kelompok perusuh meminta dukungan makanan.

Rekomendasi