Selamat Datang Ramadan dan Cara Penyambutannya

| 12 May 2018 13:18
Selamat Datang Ramadan dan Cara Penyambutannya
Ramadan (Rahmad Bagus/era.id)
Jakarta, era.id - Waktu berjalan, enggak terasa pekan depan sudah Ramadan. Bulan yang selalu spesial, kedatangannya disambut semua.

Banyak cara dan budaya menyambut Ramadan, secara keagamaan dan dibalut adat istiadat. Masyarakat Minangkabau melakukan Balimau, warga Betawi melakukan Nyorog, dan masih banyak lagi.

Di bawah ini, kami berikan cerita berbeda cara menyambut Ramadan di Indonesia. Sebagai pembuka hingga satu bulan ke depan, era.id bakal menyampaikan berbagai konten terkait Ramadan

Balimau

Balimau adalah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Minangkabau untuk menyambut bulan suci Ramadan. Biasanya, acara ini dilaksanakan sekali setahun, sehari menjelang masuknya bulan puasa.

Balimau memiliki makna yang cukup dalam, terutama untuk menguatkan spiritualitas masyarakat jelang Ramadan, dan sebagai bentuk syukur dan kegembiraan kembali bertemu bulan penyucian diri.

Baca Juga : Sidang Isbat Awal Ramadan Digelar 15 Mei

Masyarakat Minangkabau memulai Balimau dengan mempersiapkan berbagai wewangian untuk mandi di sungai. Wewangian itu antara lain limau parut, limau nipis, parfum, hingga luluran. Wewangian dianggap mampu mengusir segala macam rasa dengki dalam diri.

Selain di Sumatera Barat, Balimau juga dilakukan di daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat atau daerah rantau Minangkabau seperti Riau, Lampung (Rajabasa), Sumatera Utara (Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga, serta Bengkulu (Muko-Muko).

 

Nyorog

Walau kian hari kian terkikis, budaya Nyorog tetap menjadi pilihan utama masyarakat Betawi dalam menyambut Ramadan. Nyorog adalah tradisi membagikan berbagai makanan kepada keluarga yang lebih tua, termasuk mertua, paman-bibi, hingga kakek-nenek.

Tradisi ini dilakukan sebelum masuk bulan Ramadan atau pada saat sebelum dan sesudah acara pernikahan kedua mempelai.

Baca Juga : Memahami Jam Kerja PNS Saat Ramadan

Biasanya, bingkisan yang diberikan berupa makanan mentah, gula, susu, kopi, ikan, hingga dagin kerbau. Sebagian juga ada yang mengirimkan berbagai makanan di dalam rantang untuk makanan yang siap jadi.

Makna utama dari tradisi Nyorog adalah menguatkan hubungan baik antar keluarga melalui saling silaturahim.

Tradisi Nyorog di Jakarta (sumber foto : budayajawa.id)

Megibung

Kebhinekaan di Bali terasa makin hangat menjelang Ramadan. Pemeluk Islam di Karang Asem, Bali, melaksanaan Megibung, yang kesakralannya tidak berkurang meski mayoritas masyarakat di Pulau Dewata beragama Hindu.

Megibung yang menjadi tradisi eksis tiap tahun ini mengajak warga makan bersama dalam satu piring besar. Tradisi Megibung di Bali dimulai sejak Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah ketut Karangasem mengenalkannya kepada masyarakat pada 1692. Budaya dan tradisi Megibung ini sejatinya sudah ada sejak lama pada jaman kerajaan Karangasem, dan sampai sekarang masih terjaga lestari.

Ada beberapa istilah dalam tradisi megibung, seperti “sele” artinya bagian dari kelompok orang yang bergabung dan duduk bersama untuk menikmati tradisi megibung, mereka biasanya duduk melingkar dengan jumlah peserta sekitar 6 orang, kemudian istilah “gibungan” adalah segepok nasi dengan alas gelaran (dari daun kelapa) dan ditaruh di atas dulang atau nampan, ada istilah “karangan” ini adalah lauk pauk seperti lawar, kekomoh, urab (nyuh-nyuh) putih dan barak, padamare, urutan, marus, balah dan sate, jenis lauk pauk ini bervariasi sesuai kemampuan.

Baca Juga : Pasokan Pangan Selama Ramadan Dipastikan Aman

Walau diinisiasi atas upacara adat Hindu, tetapi komunitas Muslim di Karangasem juga melakukan Megibung untuk menyambut berbagai upacara keagamaan seperti contoh selamatan, menyambut tahun baru Islam, Maulid Nabi Muhammad SAW, hingga menyambut Ramadhan. Megibung memiliki nilai yang kuat pada kebersamaan dan sama rata, tanpa pandang kasta dan jenis kelamin.

Nyadran

Nyadran adalah tradisi turun temurun yang dilakukan untuk menyambut Ramadan di Jawa Tengah.  Rangkaian Nyadran dimulai dengan melakukan pembersihan makam-makam keluarga. Setelah selesai membersihkan makam, dilanjutkan pembacaan doa, zikir, tahlil, dan ditutup makan bersama keluarga serta sanak saudara lainnya di sekitar makam.

Biasanya, Nyadran dilakukan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tradisi Nyadran bermakna manusia harus terus berbenah diri, memperbaiki sikap, perilaku, dan ketaatan ibadahnya.

Tradisi Nyadran (sumber foto : facebume.id)

 

Rekomendasi