DPR: Peralihan Otoriter ke Demokrasi Capaian Terbaik Reformasi

| 21 May 2018 16:26
DPR: Peralihan Otoriter ke Demokrasi Capaian Terbaik Reformasi
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. (Bule/era.id)
Jakarta, era.id - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyebut, pada 20 tahun reformasi keadaan Indonesia menjadi lebih baik. Perubahan sistem pemerintahan dari otoriter ke demokrasi adalah salah satu capaian terbaik reformasi.

"Demokrasi itu seperti smartphone. Kalau kendaraan seperti tesla elektronik digital. Tapi kalau sopirnya ini sopir bajaj dengan segala maaf ya, kemampuan manuver yang ada dalam sistem ini enggak akan terlaksana," tutur Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).

Fahri menambahkan, perubahan konstitusi, penghapusan dwi fungsi ABRI, otonomi daerah dan pemberantasan KKN adalah salah satu capaian reformasi. Ia berharap semua kelebihan dalam sistem demokrasi digunakan dengan baik.

"Kita punya smartphone tetapi kalau kemampuan kita cuma nelepon sama SMS akhirnya fitur lain enggak terpakai. Itulah demokrasi. Demokrasi itu punya segala fitur, kesejahteraan ekonomi, kebebasan dan inovasi," kata Fahri.

Baca Juga : 20 Tahun Reformasi dan Trah Cendana di Politik?

(Ilustrasi/era.id)

Baca Juga : Menit-menit Pergantian Presiden saat Reformasi

Jatuhnya Soeharto pada Mei 1998 bukanlah kejadian yang berdiri sendiri. Ada sejumlah rangkaian peristiwa yang melatarbelakangi Soeharto terpaksa lengser setelah 32 tahun memimpin negeri ini. 

Ambruknya perekonomian negeri, pengekangan arus demokrasi, hilangnya sejumlah aktivis hingga kematian empat mahasiswa Trisakti adalah segelintir pemantik.

Belum lagi peristiwa kerusuhan berujung kasus pemerkosaan massal yang mengarah ke rasial. Semua itu menjadi sebuah kolaborasi ciamik melahirkan gerakan sosial yang akhirnya bisa menjatuhkan sebuah rezim.

Baca Juga : Peringatan 20 Tahun Reformasi: Dari Soeharto ke Habibie

(Infografis/era.id)

Rekomendasi