Kepala Kantor Rumah Relawan Hayam Wuruk, Lancar Siahaan mengatakan, debat itu sejatinya sangat penting untuk masyarakat Sumatera Utara, sebab debat akan digelar di hadapan mahasiswa.
Pandangan civitas academica tentu penting. Karenanya, batalnya acara yang sedianya digelar di Gelanggang Mahasiswa USU, Kamis (21/6/2018) sore itu sangat disayangkan.
Buat Lancar, mahasiswa adalah kaum intelektual yang pasti bisa memberi pandangan-pandangan menarik soal kondisi kebangsaan, khususnya di Sumatera Utara.
Selain itu, tentu saja, suara mahasiswa sebagai pemilih muda yang mendominasi jumlah pemilih pada Pilkada 2018 akan sangat menentukan kemenangan pasangan calon.
"Kita harus ingat, bahwa pemilih itu sebagian besar adalah anak muda, termasuk di dalamnya adalah mahasiswa. Jadi sangat disayangkan debat ini dibatalkan," tutur Lancar, melalui pernyataan tertulis, Kamis (21/6/2018).
Alasan
Enggak begitu jelas juga kenapa debat ini akhirnya dibatalkan. Menurut Lancar, berdasar keterangan dari ketua panitia acara, Muhammad Ditra Harahap, debat terpaksa dibatalkan lantaran adanya miskomunikasi terkait penentuan jadwal pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, pesaing mereka.
Kata Lancar sih, seharusnya hal ini enggak terjadi, sebab jadwal kegiatan, termasuk tanggal penyelenggaraan debat telah disusun sejak jauh-jauh hari. "Kami akhirnya memutuskan untuk tidak mengadakan kegiatan tersebut jika hanya dihadiri oleh salah satu pasangan calon saja," katanya.
Terkait batalnya debat ini, tim relawan Djoss telah mengirim surat kepada Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) Daerah Sumatera Utara. Dalam surat itu, mereka menyampaikan permintaan maaf, terutama kepada 1.327 yang telah mendaftarkan diri sebagai peserta debat.
"Secara khusus, juga kami sampaikan permintaan maaf kepada pasangan calon yang sudah konfirmasi hadir dan mengatur jadwal untuk berdebat," tulis Lancar.
Lebih lanjut, Lancar mengatakan, tingginya minat mahasiswa dalam penyelenggaraan debat ini patut diapresiasi. Sebab, angka 1.327 harusnya cukup untuk membuktikan, bahwa minat anak muda, terutama mahasiswa untuk ambil bagian dalam pelaksanaan pilkada telah meningkat.
"Ini menunjukkan bahwa anak muda, mahasiswa tak mau lagi hanya sebagai penonton. Anak muda sekarang sebagai kaum milennial ingin menjadi bagian dari perubahan itu dan dengan debat ini mereka tahu paslon mana yang benar-benar memiliki visi misi membuat perubahan dan langkah kanan untuk memajukan dan menyejahterakan Sumut," ujar Lancar