Pertanyaan yang Muncul dari Tenggelamnya KM Sinar Bangun

| 22 Jun 2018 12:19
Pertanyaan yang Muncul dari Tenggelamnya KM Sinar Bangun
Proses evakuasi penumpang KM Sinar Bangun (Foto: Twitter Sutopo Purwo Nugroho)
Medan, era.id - Ratusan orang masih hilang di perairan Danau Toba akibat tenggelamnya KM Sinar Bangun. Insiden itu memunculkan banyak pertanyaan, faktor human error teramat kuat.

Yang pertama, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sudah wanti-wanti mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim di Sumatera Utara. Peringatan itu dirilis sebelum musibah menimpa KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Senin (18/6) lalu.

"Peringatan dini tidak tersentral diberikan dari pusat saja, karena BMKG memiliki 180 UPT di daerah. Kantor Wilayah I BMKG di Sumut sudah mengeluarkan peringatan dini dua kali pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB pada tanggal 18 Juni 2018," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo.

Masa berlaku informasi peringatan dini cuaca bisa tiga hingga empat jam sebelum digantikan dengan informasi cuaca yang baru. Prakiraan di wilayah Samosir soal potensi peningkatan cuaca buruk juga ditulis dalam peringatan dini tersebut.

BMKG mencatat telah terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Samosir. Kecepatan angin tersebut sama dengan 12 knot, dan ini bisa memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 cm. Informasi-informasi BMKG tersebut, tentu juga diserahkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pengelola-pengelola penyeberangan.

Analisa lain datang dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Kata dia, tenggelamnya KM Sinar Bangun lantaran kurangnya disiplin dari penyelenggara serta pengawas angkutan kapal. Bukan itu saja, pembangunan infrastruktur di kawasan ini juga tidak sebanding dengan jumlah wisatawan.

"Pembangunan fasilitas infrastruktur yang belum menyamakan peningkatan jumlah wisatawan dan kurangnya disiplin dari penyelenggara serta pengawas angkutan kapal," kata Luhut.

 

Sedangkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho justru mempertanyakan jumlah penumpang yang diduga melebihi kuota. Dia mengunggah sebuah foto KM Sinar Bangun di akun Twitternya. Jika benar foto ini merupakan kapal yang tenggelam, penumpang yang bisa diangkut cuma 40 orang.

"Jika penumpang sampai 130-200 orang. Artinya melebihi kapasitasnya yang hanya sekitar 40 orang," tulis Sutopo.

Apapun itu, seluruh pihak masih terus mencari bangkai kapal dan penumpang yang hilang. Pencarian bangkai KM Sinar Bangun kini dibantu dengan alat canggih Multi Beam Echo Sounder yang bisa memetakan kondisi di dasar Danau Toba.

Alat tersebut akan dibawa ke area lokasi tenggelamnya kapal. Luas pencarian sekitar 600 meter di titik tenggelamnya KM Sinar Bangun.

Rekomendasi