Enggak cuma buat suatu daerah. Sebab, Pilkada 2017 bakal jadi cermin kesuksesan dalam pilpres mendatang. Hasil dari pilkada, dipastikan jadi kekuatan penting bagi setiap partai dan calon yang ikut serta dalam kontestasi Pilpres 2019.
Banyak yang mengatakan bahwa Pilkada serentak 2018 berpotensi besar mempengaruhi kontestasi Pilpres 2019. Mengapa demikian? ternyata ada tiga faktor penting yang membuat Pilkada 2018 terkesan sangat strategis, yaitu jumlah, populasi dan waktu.
Tim riset era.id berusaha membedah keuntungan dari kesuksesan Pilkada 2018. Barangkali, kita bisa mulai dari jumlah pemilih yang telah ditargetkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut KPU, total pemilih sementara pemilu mendatang sebanyak 196.545.636 suara. Targetnya, 77,5 persen pemilih ikut berpartisipasi. Artinya, akan ada 152.322.868 suara yang diperebutkan.
Nah, berkaca dari pemilu 2014, sebanyak 133.574.277 orang berpartisipasi menggunakan hak suaranya. Pada saat itu, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) berhasil merebut 70.997.833 suara atau 53 persen pemilih.
Berikutnya, soal waktu. Kenapa strategis waktu jadi soal yang sangat menentukan? Begini, pencoblosan pilkada dilakukan pada tanggal 27 Juni 2018. Enggak lama setelahnya, pendaftaran calon legislatif dimulai. Setelah itu, pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden akan dibuka pada bulan Agustus 2018.
Buat partai politik, akan sangat menguntungkan buat mereka jika efek domino kemenangan pilkada terjaga hingga pilpres 2019. Selain itu, yang jelas Pilkada 2018 dapat dijadikan sebagai babak kualifikasi yang menentukan calon presiden dan calon wakil presiden periode mendatang.
Lantas, eksperimen apalagi yang dapat dilakukan partai politik pada pilkada tahun ini, demi memoncerkan langkah politik pada pilpres? Sebut saja otak-atik berkoalisi yang sedang ramai dibicarakan. Berbagai spekulasi muncul menyusul pembentukan poros-poros partai yang akan bertarung pada Pilpres 2019.
Pilkada tahun ini membuat partai berlomba untuk berkoalisi memenangi 171 kursi kepala daerah. Bayangkan saja, apabila salah satu koalisi berhasil mendominasi, tentu saja semakin tinggi pula daya tawar mereka untuk berkoalisi kembali dengan partai lain dalam memajukan calon presiden dan calon wakil presiden.
Lain halnya dengan konsep juru kampanye. Dapat dikatakan, juru kampanye pilkada tahun ini masuk kategori nasional. Terlebih kemunculan tokoh nasional yang kian meramaikan pilkada tahun ini, misalnya Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar, hingga yang paling muda, Agus Harimurti Yudhoyono.
Kehadiran mereka dalam mendongkrak elektabilitas dan popularitas seorang calon kepala daerah, nyatanya begitu berimbas pada mereka. Selain itu, ketokohan para juru kampanye itu dapat jadi indikator yang menentukan kemenangan seorang kepala daerah.
Lalu, sudah tahu kan bagaimana pentingnya Pilkada 2018 ini? Dan yang juga penting, sudah punya alasan dong, kenapa niat golput harus disingkirkan jauh-jauh?! Pokoknya, jangan golput, kawan. Bisa rugi kita!
Infografis "Partai Peserta Pemilu" (era.id)