Erupsi Gunung Anak Krakatau Masih Tahap Wajar

| 25 Jun 2018 19:44
Erupsi Gunung Anak Krakatau Masih Tahap Wajar
(Foto: Twitter @vulkanologi_mbg)
Jakarta, era.id - Gunung Krakatau menjadi salah gunung berapi dengan daya erupsi yang sangat besar. 135 tahun silam, Krakatau pernah melutus hebat. Setelah sekian lama meletus, pada tahun 1927 Gunung Anak Krakatau muncul ke permukaan. Gunung ini tumbuh dengan tinggi 4-6 meter per tahunnya.

Pada Senin (25/6/2018) pukul 07.14 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung untuk sekian kali erupsi.

PVMBG melaporkan Gunung Anak Krakatau erupsi dengan tinggi kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah atau pada ketinggian 1.305 meter di atas permukaan laut.

Meski telah terjadi erupsi, BNPB memastikan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang wajar. Erupsi kali ini juga tidak membahayakan baik bagi penerbangan maupun bagi pelayaran.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo mengatakan, energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sehingga, kata Sutopo, jika hal ini ditakutkan terjadi letusan besar seperti 1883, rasanya sulit. 

"Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah. Selain itu erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam pernyataannya, Senin (25/6/2018).

 

Walaupun tidak berbahaya, Sutopo menerangkan status Gunung Anak Krakatau berada pada level Waspada (Level 2). Status Waspada ditetapkan sejak 26 Januari 2012 hingga sekarang. Tidak ada perubahan signifikan tentang status Gunung Anak Krakatau. Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja.

"Memang sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi," imbuhnya.

Menurut PVMBG, pada 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa Tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm (dominan 6 mm). 

Kemudian, pada 19 Juni 2018, gempa embusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu, mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm). 

Infografis ledakan dahsyat Gunung Krakatau (Abid/era.id)

Lalu, pada 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa Low frekuensi dan 36 kali gempa Vulkanik Dangkal.

Pada 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa Hembusan, 8 kali gempa Low Frekuensi, 50 kali gempa Vulkanik Dangkal dan 4 kali gempa Vulkanik Dalam. 

Secara visual terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir. Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu.

Meski ada beberapa peningkatan, Sutopo mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi menghadapi hal ini.

"Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," kata dia.

 

Rekomendasi