Apa Itu Resistensi Insulin? Berikut Pengertian, Penyebab, dan Pengobatannya
ERA.id - Resistensi insulin merupakan kondisi kompleks di mana tubuh seseorang tidak memberikan respons terhadap insulin sebagaimana fungsi seharusnya. Insulin sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas, yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah. Apa itu resistensi insulin?
Beberapa faktor genetik dan gaya hidup dapat memberikan kontribusi terhadap kondisi resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan sebuah kondisi yang berhubungan dengan pradiabetes dan diabetes tipe 2.
Apa Itu Resistensi Insulin?
Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana sel tubuh mengabaikan atau menolak sinyal yang dihantarkan hormon insulin. Kondisi ini menyebabkan tubuh tidak memberikan respons yang seharusnya terhadap hormon ini.
Insulin sendiri adalah jenis hormon yang dihasilkan oleh sel beta dalam pankreas.
Adapun fungsi hormon ini antara lain:
- Merangsang sel hati dan otot untuk menyimpan kelebihan glukosa. Glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen.
- Membantu sel otot, lemak, dan hati untuk menyerap kandungan glukosa dari peredaran darah, sehingga menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.
- Membantu menurunkan kadar produksi glukosa dalam hati.
Resistensi insulin akan memperbesar risiko seseorang yang terkena pre-diabetes, hingga pada akhirnya akan berkembang menjadi diabetes tipe 2. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memprediksi, 15 hingga 30 persen orang dengan pre-diabetes akan menderita diabetes dalam jangka waktu lima tahun. Selanjutnya, American Heart Association (AHA) menyebutkan, dalam 10 tahun, setengah dari penderita gula darah tinggi akan terkena diabetes.
Penyebab Resistensi Insulin
Penyebab resistensi insulin secara pasti belum dapat diketahui. Kondisi ini berhubungan dengan kondisi seseorang yang menyimpan kandungan insulin dalam tubuhnya dengan jumlah tinggi, mempunyai penimbunan lemak berlebih dalam hati dan pankreas, dan juga mengalami peradangan tinggi maupun berkepanjangan.
Beberapa faktor yang ikut berkontribusi terhadap munculnya kondisi ini sudah teridentifikasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
Gaya hidup yang tidak aktif secara fisik
Otot yang aktif dan kerap digunakan akan mengambil glukosa yang disimpan dalam otot tersebut sebagai sumber energi. Selanjutnya, otot akan mengambil glukosa yang terkandung dalam darah untuk menggantikan glukosa yang sudah digunakan. Dengan demikian, kadar gula darah akan terjaga dengan stabil.
Studi menunjukkan, setelah berolahraga otot akan menjadi lebih sensitif terhadap insulin dan kadar gula dalam darah akan menurun. Dengan kata lain, olahraga membantu otot dalam menyimpan lebih banyak glukosa tanpa bantuan insulin.
Tidak cukup tidur atau tidur tidak berkualitas
Studi menemukan bahwa permasalahan tidur, terutama sleep apnea, akan meningkatkan resistensi insulin, risiko obesitas, dan diabetes tipe 2. Seseorang yang bekerja pada shift malam juga lebih rentan terhadap kondisi ini.
Kelebihan berat badan
Obesitas yang terjadi pada seseorang, terutama kelebihan lemak pada area sekitar pinggang diperkirakan berkaitan dengan resistensi insulin. Seorang laki-laki yang memiliki ukuran pinggang lebih dari 40 inci (101.6 cm) dan perempuan dengan pinggang lebih dari 35 inci (88.9) lebih rentan dan berisiko mengalami resistensi insulin.
Pengobatan yang Dapat Dilakukan
Karena tidak ada pemeriksaan dan gejala khusus yang menunjukkan resistensi insulin, tanpa disadari sering kali orang hidup bertahun-tahun dalam kondisi ini. Perubahan gaya hidup merupakan kunci penting untuk mengubah kondisi resistensi insulin. Hal tersebut berguna untuk pencegahan kondisi tersebut yang berpotensi menjadi diabetes.
Pencegahan Resistensi Insulin
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah resistensi insulin, diantaranya:
- menghindari pola makan tinggi kalori dan lemak
- mengonsumsi vitamin D. Vitamin D dikaitkan dengan kemampuan tubuh mengontrol gula darah dengan lebih baik. Konsumsi vitamin D harian untuk orang berusia 1–70 tahun adalah 600 IU, dan mereka yang berusia lebih dari 71 sebaiknya konsumsi 800 IU vitamin D. Perbanyak pula paparan sinar matahari pagi yang kaya sumber vitamin D.
- menurunkan berat badan berlebih
- mengonsumsi obat (untuk gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan sebagainya) apabila sudah disarankan dokter
- pastikan Anda memperoleh tidur cukup dan berkualitas
- menerapkan gaya hidup aktif dan rutin berolahraga
- berhenti merokok
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…