Sebenarnya, Apakah Pengobatan HIV/AIDS Ditanggung BPJS Kesehatan? Simak Penjelasan Berikut

ERA.id - Biaya pengobatan HIV/AIDS tidaklah murah. Hal tersebut membuat sebagian orang bertanya-tanya, apakah pengobatan HIV/AIDS ditanggung BPJS Kesehatan?

Ternyata, BPJS Kesehatan memang memberikan perlindungan terhadap masyarakat pengidap HIV/AIDS. Berdasarkan Peraturan Direktur Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 01 Tahun 2015 bagi Pasien HIV-AIDS, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menanggung biaya perawatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Pengobatan HIV/AIDS Ditanggung BPJS Kesehatan

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa biaya pengobatan semua peserta JKN yang terdiagnosis HIV/AIDS dijamin sesuai ketentuan yang berlaku. Dikutip dari Narasi, pembiayaan pengobatan pasien di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama termasuk dalam paket kapitasi, sedangkan di faskes rujukan tingkat lanjut masuk dalam paket INA CBGs.

Selain itu, biaya pemeriksaan di laboratorium untuk monitoring rutin dijamin BPJS Kesehatan. Hal tersebut sesuai ketentuan pedoman pengobatan HIV/AIDS dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pembiayaan untuk obat-obatan yang dijamin BPJS sesuai ketentuan pengobatan di dalam Formularium Nasional.

Sementara, perihal administrasi untuk klaim pembiayaan perawatan dan pengobatan melalui JKN sesuai ketentuan klaim FKTP dan FKRTL termasuk penagihan klaim Gawat Darurat.

Untuk bisa mendapatkan perlindungan dari BPJS Kesehatan, pasien HIV/AIDS yang menjadi peserta BPJS Kesehatan harus memenuhi persyaratan yang ada, yaitu rutin membayar iuran bulanan agar mendapatkan manfaat perawatan, dukungan, dan pengobatan di fasilitas layanan kesehatan.

BPJS Kesehatan (situs resmi BPJS Kesehatan)

Daftar Penyakit yang Ditanggung BPJS Kesehatan

Ada banyak penyakit yang ditanggung atau dijamin BPJS Kesehatan. Berikut ini adalah daftarnya, dikutip dari Kompas.

1.     HIV/AIDS tanpa komplikasi

2.     Kejang demam

3.     Tetanus

4.     Tension headache (sakit kepala tegang)

5.     Migrain

6.     Bell's palsy

7.     Vertigo

8.     Gangguan somatoform

9.     Insomnia

10.  Benda asing di konjungtiva

11.  Konjungtivitis

12.  Perdarahan subkonjungtiva

13.  Mata kering

14.  Blefaritis

15.  Hordeolum

16.  Trikiasis

17.  Episkleritis

18.  Hipermetropia ringan

19.  Miopia ringan

20.  Mabuk perjalanan

21.  Furunkel pada hidung

22.  Rhinitis akut

23.  Rhinitis vasomotor

24.  Rhinitis alergika

25.  Benda asing

26.  Epistaksis

27.  Influenza

28.  Pertusis

29.  Faringitis

30.  Tonsilitis

31.  Laringitis

32.  Asma bronchiale

33.  Bronchitis akut

34.  Pneumonia, bronkopneumonia

35.  Tuberkulosis paru tanpa komplikasi

36.  Hipertensi esensial

37.  Kandidiasis mulut

38.  Ulcus mulut (aptosa, herpes)

39.  Parotitis

40.  Infeksi pada umbilikus

41.  Gastritis

42.  Astigmatism ringan

43.  Presbiopia

44.  Buta senja

45.  Otitis eksterna

46.  Otitis media akut

47.  Serumen prop

48.  Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)

49.  Refluks gastroesofagus

50.  Demam tifoid

51.  Intoleransi makanan

52.  Alergi makanan

53.  Keracunan makanan

54.  Penyakit cacing tambang

55.  Strongiloidiasis

56.  Askariasis

57.  Skistosomiasis

58.  Taeniasis

59.  Hepatitis A

60.  Disentri basiler, disentri amuba

61.  Hemoroid grade ½

62.  Infeksi saluran kemih

63.  Gonore

64.  Pielonefritis tanpa komplikasi

65.  Fimosis

66.  Parafimosis

67.  Sindroma duh (discharge) genital (Gonore dan non gonore)

68.  Infeksi saluran kemih bagian bawah

69.  Vulvitis

70.  Vaginitis

71.  Anemia defisiensi besi pada kehamilan

72.  Ruptur perineum tingkat ½

73.  Abses folikel rambut/kelj sebasea

74.  Mastitis

75.  Cracked nipple

76.  Inverted nipple

77.  Diabetes melitus tipe 1

78.  Diabetes melitus tipe 2

79.  Hipoglikemi ringan

80.  Malnutrisi energi protein

81.  Defisiensi vitamin

82.  Defisiensi mineral

83.  Dislipidemia

84.  Hiperurisemia

85.  Obesitas

86.  Anemia defiensi besi

87.  Limphadenitis

88.  Demam dengue, DHF

89.  Malaria

90.  Leptospirosis (tanpa komplikasi)

91.  Reaksi anafilaktik

92.  Ulkus pada tungkai

93.  Lipoma

94.  Veruka vulgaris

95.  Moluskum kontangiosum

96.  Herpes zoster tanpa komplikasi

97.  Morbili tanpa komplikasi

98.  Varicella tanpa komplikasi

99.  Herpes simpleks tanpa komplikasi

100.  Impetigo

101.  Impetigo ulceratif (ektima)

102.  Folikulitis superfisialis

103.  Furunkel, karbunkel

104.  Eritrasma

105.  Erisipelas

106.  Skrofuloderma

107.  Lepra

108.  Sifilis stadium 1 dan 2

109.  Tinea kapitis

110.  Tinea barbe

111.  Tinea facialis

112.  Tinea corporis

113.  Tinea manus

114.  Tinea unguium

115.  Tinea cruris

116.  Tinea pedis

117.  Pitiriasis versicolor

118.  Candidiasis mucocutan ringan

119.  Cutaneus larvamigran

120.  Filariasis

121.  Pedikulosis kapitis

122.  Pediculosis pubis

123.  Scabies

124.  Reaksi gigitan serangga

125.  Dermatitis kontak iritan

126.  Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)

127.  Dermatitis numularis

128.  Napkin ekzema

129.  Dermatitis seboroik

130.  Pitiriasis rosea

131.  Acne vulgaris ringan

132.  Hidradenitis supuratif

133.  Dermatitis perioral

134.  Miliaria

135.  Urtikaria akut

136.  Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption

137.  Vulnus laseraum, puctum

138.  Luka bakar derajat 1 dan 2

139.  Kekerasan tumpul

140.  Kekerasan tajam

141.  Vaginosis bakterialis

142.  Salphingitis

143.  Kehamilan normal

144.  Aborsi spontan komplit.

Kami juga telah menulis artikel soal cara mengaktifkan kembali BPJS Kesehatan secara online. Baca ulasan berikut untuk mendapatkan info lebih jelas.

Itulah penjelasan untuk menjawab pertanyaan apakah pengobatan HIV/AIDS ditanggung BPJS Kesehatan. Untuk mendaptkan informasi menarik lainnya, ikuti terus Era.id.